Normalisasi Tak Cukup Tangkal Banjir Palas

Normalisasi Tak Cukup Tangkal Banjir Palas

PALAS – Bencana banjir tahunan di lahan persawahan di wilayah Kecamatan Palas  nampaknya akan sulit diatasi. Bahkan normalisasi jaringan irigasi sekunder yang diinginkan petani serta Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lampung Selatan dinilai belum mampu mengatasi bencana banjir tahunan tersebut. Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung menilai ada beberapa faktor yang menjadikan wilayah Palas kerap menjadi sasaran langganan banjir. Salah satunya, kontur wilayah persawahan di Kecamatan Palas membentuk wajan menjadikan lahan tersebut sebagai titik kumpul air dari beberapa daerah Lampung. Yang diperparah dengan cuaca ekstrim yang tengah terjadi selama beberapa tahun ini. Hal tersebut diutarakan oleh Kasi Perencanaan Umum, BBWS Mesuji Sekampung, Budi M Habibi saat memantau saluran irigasi persawahan Desa Bandan Hurip, Kecamatan Palas, yang didampingi Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Lampung Selatan, Pujiastuti, Selasa (4/2). Dalam kesempatan tersebut Budi mengatakan, pemecahan masalah banjir yang kerap terjadi di lumbung pangan Lampung Selatan itu bukan suatu hal mudah dilakukan. Kontur persawahan yang membentuk wajan  berdampingan langsung dengan  Sungai Sekampung dan Sungai Way Pisang menjadikan wilayah tersebut sebagai titik kumpul air dari beberapa daerah. “Mengapa kerap terjadi banjir, karena kontur wilayah persawahan berupa wajan, sehingga menjadi titik kumpul air atau Retening Basin dari beberapa daerah Lampung.Diperparah dengan cuaca ekstrim serta dorongan pasang air laut. Sehingga ketika terjadi banjir air sulit menyusut,” ujar Budi memberikan keterangan kepada Radar Lamsel di sela pemantauan tersebut. Bahkan kata Budi, normalisasi atau pendalaman jaringan irigasi bukan menjadi solulusi tepat untuk memecahkan masalah. Hal ini justru akan membuat elavasi jaringan irigasi lebih rendah yang dapat menyebabkan air Sungai Way Sekampung lebih mudah masuk ke wilayah persawahan. “Kalau jaringan irgasi diperdalam justru banjir lebih mudah terjadi. Karena elevasi atau ketinggian permukaan irigasi akan lebih rendah dari permukaan Sungai Sekampung,” ucapnya. Budi menuturkan, selama ini Balai Besar terus melakukan pengkajian jangka pendek hingga jangka panjang untuk memecahkan permasalahan banjir yang kerap melanda lumbung pangan Lampung Selatan tersebut. “Dari hasil pemantauan ini sulusi jangka pendeknya yakni mengembalikan fungsi normal jaringan irigasi persawahan, seperti melakukan pembersihan serta memberbaiki pintu air,” jelasnya. Sementara penanganan jangka panjang, lanjut Budi, Balai Besar saat ini tengah melakukan pembangunan bendung gerak di wilayah Jabung dan Marga Tiga, Lampung Timur yang memiliki fungsi untuk menahan air ketika Sungai Sekampung sedang meluap. “Saat ini Balai besar juga sedang melakukan dua pembangunan bendung gerak. Bendungan ini akan menangkap air ketika Sekampung banjir, sekaligus sebagai cadangan air ketika kemarau,” sambungnya. Sementara itu Kepala Bidang Sarana dan Prasarana, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan, Pujiastuti mengharapkan, meskipun banjir sulit diatasi namun upaya meminilalisir banjir yang dilakukan oleh Balai Besar diharapkan bisa dilakukan di wilayah kecamatan Palas. “Kalaupun normalisasi tidak bisa dilakukan, namun upaya jangka pendek seperti pengembalian fungsi irigasi dan pintu air bisa dilakukan di wilayah Palas dengan harapan bisa meminimalisir banjir,” harapnya. (vid)

Sumber: