Wahai RSUD: Tangani Pasienmu Sekalipun BPJS!

Wahai RSUD: Tangani Pasienmu Sekalipun BPJS!

PALAS  –  Kematian memang hal mutlak yang harus diterima oleh semua manusia. Tak ada yang bisa menolak bila ajal sudah menjemput. Kata-kata terlontar dari bibir Lili Ansori (50) warga Desa Palas Pasemah, Kecamatan Palas sesaat setelah melepas pemakaman putranya, Muhammad Rizki Mediansori (21), Selasa (11/2) kemarin. Putra keduanya itu menghembuskan nafas terakhirnya di selasar Rumah Sakit Umum Daerah  Abdul  Muluk (RSUDAM), Bandar Lampung karena diduga tak mendapat perawatan serius dari pihak rumah sakit plat merah itu pada Senin (10/1). “Sebagai orang tua saya sudah iklas menerima kepergian anak saya (Muhammad Rizki Mediansori), memang ajalnya sudah disitu. Yang menjadi kekecewaan kami mengapa anak kami tidak diberikan perawatan serius dari pihak rumah sakit. Apa alasannya karena saya peserta BPJS kelas III, ” ujar Lili Ansori memberikan keterang kepada Radar Lamsel, saat ditemui di Kediamannya. Lili Ansori menceritakan, putranya menderita demam sejak 2 Feberuari lalu, hanya berobat kepada bidan dan dokter  yang ada di wilayah Kecamatan Palas.  Namun hingga Minggu malam, 8 Februari  demam yang diderita tak kunjung sembuh, jutru semakin parah. Akhirnya Muhammad Rizki Mediansori dirujuk ke Rumah Sakit Umum Bob Bazar. “Dari Bob Bazar itulah kami tahu Rizki terkena DBD. Karena kondisi sudah parah dan kritis di IGD Bob Bazar, Rizki dirujuk ke Rumah Sakit Abdul Muluk pada Minggu (9/2) dini hari,” terang Lili. Ayah korban mengira setelah sampai di Abdul Muluk putranya akan mendapatkan perawatan intensif dari pihak rumah sakit di ruang ICU, apa daya putranya justru terlantar di ruang IGD selama sehari dengan alasan ruangan sudah penuh di rumah sakit plat merah itu. “Pihak rumah sakit hanya mengganti infus itu juga karena saya lapor dan Dokter meminta saya membeli obat dan mencari 10 kantong darah karena trombosit sudah menurun sudah kami penuhi.  Barulah jam 10 malam Rizki pindah ruangan, karena kondisinya sudah teriak-teriak mengganggu pasien lain kemudian Rizki dipindah lagi ke sebuah ruangan kosong, seperti bangsal yang lama enggak dipakai hingga Senin,” tuturnya. Diruangan itu, lanjut Lili, Rizki mendapatkan transfusi darah pada jam 10 pagi oleh perawat karena dokter yang menangani datang pukul 2 siang. Namun Riski kembali mengalami kejang lagi di sore hari. “Setelah kejang-kejang  Rizki kembali dipindahkan keruangan lain, namun saya hentikan di selasar karena kondisi anak saya sudah sekarat dan menghembuskan nafas di selasar sekitar jam empat,” sambungnya. Lili sendiri tidak menuntut banyak kepada pihak rumah sakit, namun ia berharap peristiwa ini dapat menjadi pembelajaran bagi pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan yang lebih baik kepada pasien BPJS. “Kami enggak nuntut apa-apa, keran kami sudah ikhlas. Harapan kami peristiwa ini bisa jadi pembelajaran untuk rumah sakit agar pasien BPJS bisa dilayani dengan baik,” harapnya. Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Lampung Selatan, dr. Wahyu Wibisana berharap kasus semacam ini perlu dicermati dengan sabaik-baiknya. “ Pesan IDI Lamsel, kasus ini memang tidaklah mudah perlu dicermati juga apakah RSUD punya cukup tempat untuk pasien BPJS dengan kelas-kelas tertentu. Karena kalau tidak sesuai dengan kelasnya ya, RSUD juga menabrak aturan, tetapi benar kata ortu korban, kalau sudah begini semua harus introsepksi, benahi yang perlu dibenahi,” jelasnya. Pentolan IDI provinsi ini mengatakan jika RSUD kabupaten tak lagi sanggup menangani pasien tersebut, ada kemungkinan pasien tersebut dijangkiti Dangue Shock Syndrome (DSS) alias DBD yang levelnya sudah tinggi. “ Bisa saja begitu (DSS) kalau melihat kronologis korban yang kejang-kejang, apalagi usia muda. Namun pesan saya karena ini musim DBD masyarakat harus berhati-hati menjaga kebersihan lingkungan agar kasus serupa tak lagi terulang,” jelasnya. Direktur Utama RSUDAM dr Hery Tjoko Soebandriyo melalui Direktur Pelayanan RSUDAM dr. Pad Dilangga dan Direktur Umum RSUDAM dr. Erlitha M. Utari mengatakan bahwa kondisi pasien memang sakit berat setelah dirujuk dari RSUD Bob Bazaar. \"Jadi pasien ini adalah rujukan dari RS Bob Bazaar tanggal 9 dengan diagnosa DBD kondisinya sakit berat gelisah, sesak nafas dirawat di ruang HCU (ruang perhatian penuh di IGD) kemudian mendapatkan penatalaksanaaan dari dokter penyakit dalam dr Riki, lalu dilakukan transfusi darah sebanyak 10 kantong karena DBD,\" katanya, di RSUDAM kepada Radar Lampung (Group Radar Lamsel), Selasa(11/2). Keesokan harinya, (lanjut dr Pad) pihaknya memindahkan pasien pada ruang penyakit dalam namun karena ruangan tersebut penuh maka dititipkan di ruang Bugenvil, karena keadaan pasien sudah stabil. \"Dan pada senin, sebenarnya pasien ini dirawat di ruang penyakit dalam tetapi karena karena penuh kita titipkan di ruang Bugenvil dan rencananya akan kita rawat bersama ahli syaraf, jadi setelah dipindahkan ke ruang Bugenvil dan dokter juga sudah melakukan edukasi bahwa penyakit ini berat, akan segera dipindahkan ke ruang penyakit dalam,\"ujarnya. Pad menampik jika pasien diletakan pada luar ruangan atau halaman kamar perawatan menulai ruang Nuri dengan oxigen terpasang dan dua petugas, ia merasa semua yang dilakukan telah sesuai SOP yang berlaku. \"Sampai ruangan, pasien mendadak kejang-kejang kemudian keluarga panik  sebagainya, dan  meninggal di depan kamar itu (Nuri, red) perawat langsung melakukan tindakan ternyata keluarga pasiennya malah marah-marah bahkan sampai memegang memukul petugas, kemudian mencabut selang oxigen sehingga terganggulah penanganan gawat darurat tersebut, sehingga pasien meninggal dunia,\" terangnya. Terkait riwayatnya, dr Pad menampik jika pasien ditelantarkan pada selasar ruangan rumah sakit. \"Tidak ada, itu sudah sampai depan ruangan saat transfer ruangan makanya di depan tapi tidak jadi dengan jumlah total kelas 3 sebanyak 340 tempat tidur jadi begitu sudah ada yang keluar langsung kita masukan tapi ini belum sampai baru sampai depan,\" Kata dr Pad Dilangga. Untuk itu, pihaknya juga akan melakukan evaluasi terhadap pelayanan dan penanganan fasilitas yang dirasa kurang khususnya untuk kamar tersebut. \"Jadi kita dengan adanya ini, kita harus intropeksi juga setelah kita lihat sudah sesuai SOP, memang kita tidak bisa memorediksikan orang meninggal, evaluasi akan kita lakukan kekurangannya seperti ruangan penuh orang bilang di selasar karena menghindari itu kita titipkan di ruangan lain,\"pungkasnya. Kabar tak sedap ini turut memantik komentar Sekprov Lampung Fahrizal Darminto melalui media yang bertanya padanya. Fahrizal menegaskan pihaknya akan membentuk tim untuk memastikan kebenaran didalam video. \"Kami akan turunkan tim untuk melihat kebenaran itu, dan kami minta kronologisnya. Kalau memang pasien sakit dan ditolak perawatan, kenapa dan bagaimana,\" beber Fahrizal. Dia melanjutkan, jika memang terjadi penelantaran oleh pihak RSUDAM. Maka Pemprov akan memberikan catatan khusus. \"Kalau benar, berarti ada catatan khusus kan jelas rumah sakit tidak boleh menolak pasien yang dalam keadaan membutuhkan perawatan segera. Kami akan lhat dulu, tapi kita akan tegakkan peraturan dan rs sebagai garda terdepan kesehatan,\" tambah Fahrizal. Pernyataan tegas juga disampaikan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi yang menyatakan jika memang kondisi di lapangan RSUDAM tidak memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat akan siap memberikan sanksi. \"Saya belum dapet informasinya, untuk pengawasan dan  evaluasi  akan saya berikan sanksi ya kalau benar itu,\" tandasnya. (vid/rnn)

Sumber: