Turun Temurun Merawat Tradisi Ngrikit
SRAGI – Meskipun peralatan tambak dengan teknolgi moderen sudah berkembang seiring kemaujan jaman. Namun Petani tradisional Dusun Sumberjaya, Desa Bandar Agung, Kecamatan Sragi masih mempertahankan Ngrikit, sebuah tradisi memanen hasil tambak. Ngirikit sebuah tradisi memanen hasil tambak dengan bergotong royong yang tak tergerus perkembangan zaman. Bahkan menjadi sebuah simbol kekompakan petani tambak tradisional di Dusun Sumberjaya. Seperti yang terlihat pada Minggu (23/2) kemarin, puluhan petani tambak bahu membahu memanen tambak bandeng milik Sukandar (60) salah satu petani tambak tradisional Dusun Sumberjaya. Sukandar mengatakan, tradisi leluhur masyarakat jawa ini memang sengaja dipertahanan untuk menjaga kekompakan dan kerjasama petani tambak tradisional di Dusun Sumberjaya. “Iya, Mas, tradisi ini memang selalu dipakai oleh petani tambak tradisional Dusun Sumberjaya untuk menjaga kekompakan petani tambak,” ujar Sukandar memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, saat memanen tambak miliknya. Salah satu petani tambak senior di Dusun Sumberjaya ini mengaku, dalam sekali Ngrikit terdapat 20 – 30 petani yang ikut serta memanen tambak yang memiliki luas mencapai dua hektar. Berbeda dengan proses panen tambak intesif yang hanya menggunakan jala, pada tradisi Ngirikit ikan akan digiring menggunakan jaring mengikuti aliran Caren atau sebuah siring melingkar yang ada di dalam tambak. “Setelah tambak dikuras, ikan atau udang akan berkumpul di aliran Caren, kemudian ditangakap dengan digiring bersama-sama. Berbeda dengan cara panen tambak intensif yang menggunakan jala yang hanya membutuhkan satu-dua orang,” terangnya. Selain menjaga nilai gotong royong dan kekompakan petani, dalam tradisi Ngirikit ini para perserta juga dapat menikmati hasil tambak yang panen dengan mendapatkan upah sesuai dengan hasi tambak. “Tradisi ini menjadi tempat kumpul dan senda gurau petani saat panen. Tak hanya itu petani ini yang ikut juga menikmati hasil tambak dengan upah sesuai hasil tambak. Seperti saat ini setiap perserta mendapat upah Rp 50 ribu karena hasil panen hanya lima kintal bandeng dan satu kintal udang windu,” sambungnya. Sementara itu Darto salah satu tokoh masyarakat setempat menjelaskan, tradisi ini memang sudah dipakai oleh petani tambak sejak pertama bermukim di Dusun Sumberjaya. Setiap kelompok, kata Darto memiliki anggota 20 – 30 petani yang akan memanen dengan tradisi Ngrikit secara bergantian. “Ngrikit ini merupakan tradisi masyarakat Pati, Jawa Tengah yang memiliki usaha tambak tradisional di Dusun Sumberjaya, biasanya setiap RT memiliki satu kelompok. Meski saat ini sudah ada cara praktis namun bidaya ini tetap dipertahankan untuk menjaga nilai kebersamaan petani,” pungkasnya. (vid)
Sumber: