Perketat Sebelum Terlambat!
KALIANDA – Sedia payung sebelum hujan. Pribahasa itulah yang tepat disematkan kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam upaya menangkal virus corona atau covid-19. Salah satu ‘payung’ nya adalah menyediakan ruang isolasi di RSUD Bob Bazar untuk menghadapi kemungkinan terburuk terkait wabah yang menggemparkan dunia itu. Plt. Bupati Lampung Selatan, Nanang Ermanto, pastikan kesiapan RSUD Bob Bazar Kalianda, bila kemungkinan ada pasien yang terjangkit virus Corona. Hal itu diungkapkannya, saat memeriksa ruang fisik isolasi khusus penderita virus corona yang berada di RSUD Bob Bazar kalianda, Senin (09/03/2020). \"Masalah teknisnya sesuai dari arahan pusat, nanti Bu Nana (Direktur) bersama tim hari ini juga akan melakukan rapat terkait apa yang diinginkan pemerintah pusat dalam pencegahan virus corona ini,\" ujarnya. Dengan maraknya virus tersebut di berbagai belahan dunia khususnya di Indonesia, dirinya berharap Lampung Selatan dapat terbebas dari virus yang bisa mematikan itu. \"Mudah-mudahan Lampung Selatan dapat terbebas dari wabah penyakit Virus Corona, semoga hanya lewat-lewat saja dan gak ada penyakit yang singgah di Lampung Selatan,\" harapnya. Direktur RSUD Bob Bazar Kalianda, dr. Media Apriliana menjelaskan, pihaknya sejauh ini sudah menyiapkan ruang isolasi khusus dan juga Alat Pelindung Diri. \"Alhamdulillah kita sudah siap kalaupun ada kasus-kasus terkait virus corona. Untuk APD telah dipersiapkan namun kesiapannya tidak seperti di rumah sakit Jakarta, yang petugasnya menggunakan alat pelindung diri seperti pakaian astronot itu,\" jelasnya. Untuk saat ini, RSUD Bob Bazar hanya sebatas menyiapkan rujukan, artinya bila ada susuatu pasien yang mengarah pada infeksi virus corona, akan dirujuk ke Rumah Sakit Umum Abdul Muluk. \"Sementara kita hanya melakukan pengecekan terhadap pasien, bila mana terinfeksi kita akan rujuk ke RSUDAM, jadi pengobatan ada disana. Artinya rumah sakit kita tidak mengobati melainkan hanya sebatas rujukan,\" katanya. Sayangnya, jajaran Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lampung Selatan, sepertinya belum menaruh perhatian dalam upaya memperketat pengawasan di titik sentral seperti di Pelabuhan Bakauheni secara serius. Buktinya, pejabat berwenang di OPD tersebut kompak ‘ogah’ komentar soal minimnya pemantauan di jalur penyebrangan Pelabuhan Bakauheni, lantaran alat pendeteksi suhu tubuh (thermal scanner’red) yang tidak difungsikan dengan dalih berbagai aturan. Padahal, Pelabuhan Bakauheni merupakan akses terpadat antara Pulau Jawa dan Sumatera, yang harus dijaga ekstra ketat guna mencegah penyebaran penyakit tersebut masuk ke wilayah Lamsel. Namun, keberadaan alat thermal scanner’red yang semestinya bisa menjadi penenang masyarakat dalam pencegahan virus covid-19 justru tak berperan. Saat Radar Lamsel mencoba mengkonfirmasi hal tersebut kepada Kepala Dinkes Lamsel dr. Jimmy B. Hutapea, yang bersangkutan tidak berada dikantornya. Namun, sejumlah staf pegawai menginformasikan jika pimpinannya meminta izin pulang lebih awal lantaran kondisi badang kurang sehat, Senin (9/3) kemarin. Setelah itu, upaya menemui pejabat berwenang lainnya yakni Sekretaris Dinkes Lamsel Taufiqur Rosyad, SKM juga tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Dia ogah berkomentar mengenai urusan penyebaran virus corana dengan alasan menjadi kewenangan Dinkes Provinsi Lampung. “Alat itu milik KKP Panjang. Terlebih, mengenai persoalan ini semuanya satu pintu di Dinas Kesehatan Provinsi. Hal ini menjadi komitmen seluruh Dinkes yang ada di wilayah Provinsi Lampung,” kata Taufiq yang ditemui usai menjalankan ibadah Sholat Ashar, kemarin. Tidak puas dengan statement yang disampaikan itu, reporter Radar Lamsel mencecar pertanyaan soal kepedulian Dinkes terhadap penyebaran virus tersebut bebas masuk melintasi Pelabuhan Bakauheni karena minim pemantauan ? Dia juga enggan berkomentar banyak dengan alasan serupa. “Kalau kita yang memberikan statemen nanti kesalahan. Seperti yang saya sampaikan tadi, yang berwenang mengomentari adalah pihak Dinkes Provinsi Lampung,” tutupnya sambil berlalu. Selain itu, upaya melakukan konfirmasi kepada dua pejabat berwenang lain pada satuan kerja (satker) yang menangani urusan kesehatan di Kabupaten Khagom Mufakat ini masih nol besar. Kedua orang pejabat yang meminta namanya enggan ditulis di koran ini, kompak diam saat dicecar pertanyaan terkait persoalan tersebut. Di sisi lain, masyarakat yang resah akan penularan virus corona cukup kecewa dengan jajaran pemerintahan khususnya di Dinkes Lamsel, yang terkesan acuh menyikapi persoalan tersebut. Terbukti, dengan melakukan pembiaran di jalur penyebrangan Pelabuhan Bakauheni tanpa pemantauan khusus. “Indonesia ini sudah jadi negara yang terpapar virus corona. Semestinya, di pintu pelabuhan itu alatnya difungsikan agar bisa mengetahui orang yang datang dari Pulau Jawa itu sehat. Setidaknya, hal ini bisa sedikit mengurangi kekhawatiran kami dalam hal penularan virus corona,” ungkap warga Kota Kalianda Ismail ditempat kerjanya, kemarin. Dia berharap, Dinkes Lamsel bisa cepat mengambil tindakan sebagai langkah kongkret mencegah virus tersebut masuk ke Lamsel. “Jangan semua dilempar ke Provinsi. Apalagi dampak terdekat adalah wilayah kita yang disini,” pungkasnya. Sebelumnya diberitakan, ditengah maraknya virus Covid-19 atau corona. Alat pendeteksi suhu tubuh (thermal scanner) yang terpasang di Pelabuhan Bakauheni justru belum difungsikan alias non aktif. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Panjang akhirnya buka suara soal alat pendeteksi suhu tubuh (thermal scanner) di Dermaga Eksekutif, Pelabuhan Bakauheni. Pihak KKP Kelas II Panjang memang sudah mengirim 1 unit alat itu sejak sebulan lalu. Alat itu hanya di pasang di satu dari sekian banyak pintu keluar di Belabuhan Bakauheni. Tetapi sampai sekarang masih belum dioperasionalkan. Ada sejumlah alasan mengapa KKP Kelas II Panjang belum melakukannya. Pertama, belum ada kondisi di dalam negeri yang mengharuskan di semua pintu masuk, dan pintu keluar pelabuhan dipasang thermal scanner. Karena sejauh ini, hanya beberapa orang saja yang dinyatakan positif terserang virus Corona di Indonesia. “Artinya sementara ini kondisinya masih masuk dalam kategori aman,” kata Kepala KKP Kelas II Panjang, Marjunet, saat dikonfirmasi Radar Lamsel, Minggu (8/3/2020). Seandainya situasi berkembang dengan adanya jumlah penderita bertambah, serta ada instruksi dari Kemenkes RI untuk melakukan pemantauan ketat di pelabuhan penyeberangan domestik, Marjunet mengatakan pihaknya tidak akan memantau dengan menggunakan thermal scanner karena terkendala teknis. “Penyebabnya, penggunaan alat di Pelabuhan Bakauheni itu secara teknis sulit dilaksanakan, banyak syarat-syarat yang tidak bisa terpenuhi. Tapi kami sudah menyiapkan strategi untuk melakukan pemantauan di pelabuhan penyeberangan itu,” katanya. Marjunet menyebut ada beberapa hal yang harus diketahui masyarakat tentang alat thermal scanner. Alat ini, kata Marjunet, bukan satu-satunya alat yang digunakan untuk melakukan pemantauan kejadian atau penyebaran penyakit. Penggunaan thermal scanner jadi salah satu alat yang dipasang di pelabuhan saja. “Intinya bukan alat utama. Itu pun penggunaannya tergantung situasi dan kondisi lingkungan setempat. Jadi kami mohon masyarakat tetap tenang, jangan panik,” katanya. (idh)
Sumber: