PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN SEKS ANAK USIA DINI

 

Oleh

WARDOYO, SKM., M.Kes

Widyaiswara Badan Kepegawaian dan Diklat

Kabupaten Lampung Selatan

  Pendidikan seks dimaksud adalah anak mulai mengenal anatomi anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka, dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh interna secara pelan-pelan. Masalah seks masih dianggap tabu dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Kenyataannya banyak terjadi eksploitasi seks pada anak-anak di bawah umur. Seperti yang terjadi di provinsi maluku utara dalam acara webinar yang bertajuk “ percepatan pengembangan PATBM di masa Pandemi Covid–19 Tahab II hari senin, tanggal 24 Agustus 2020, yang begitu banyak menyita perhatian, dan menjadi kasus yang luar biasa ( Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka ). Hal ini menjadi kasus yang luar biasa karena berdasarkan data Simpony PPA dari tanggal 1 Januari hingga 18 agustus 2020 terdapat 4.833 kasus kekerasan seksual pada anak angka tersebut meningkat dibanding data yang ada di tanggal, 31 Juli 2020 di Kementrian PPPA ada 4.116 kasus kekerasan seksual anak dibawah umur. Oleh karena itu pendidikan seks pada anak agar segera di mulai.   Kata Kunci : Pendidikan seks wajib diberikan oleh orangtua kepada anaknya sedini              mungkin.   Pendahulu : Tingginya kasus kekerasan seksual pada anak (child abuse) yang dilakukan oleh orang-orang terdekat anak termasuk keluarga. Misalnya pada kasus berikut: seorang ayah tiri yang bernama gusrun berusia 32 tahun nekat menodai anak tirinya yang baru berusia 12 tahun sebanyak tiga kali. Nafsu bejat sang ayah tiri, akhirnya  kepergok sang ibu yang melihat suaminya sedang meniduri putrinya. Dengan demikian diapun langsung melaporkan kejadian ini kepada kepolisian. Gusrun  ditangkap tanpa perlawanan dan kini ditahan di Polsek setempat. Dari kasus di atas, kita dapat mengetahui pentingnya pemahaman akan pendidikan seks usia dini dimana hal ini kurang diperhatikan orang tua pada masa kini sehingga menyerahkan semua pendidikan termasuk pendidikan seks pada sekolah. Juga bagaimana bentuk-bentuk pengajaran tentang perbedaan laki-laki dan perempuan dalam lingkungan sekolah. Padahal yang bertanggungjawab mengajarkan pendidikan seks di usia dini adalah orang tua,  dan Pendidikan yang demikian ini tidaklah menjadikan praktek orang tua terhadap anak atau anak tiri, yang demikian akhlak dan napsu bejad orang tua juga harus di luruskan agar tidak menjerumuskan anak maupun anak tiri. Kunci dari pendidikan seks bukan hanya di Sekolah bahkan orang tuapun mengambil peran di dalam pendidkian seks anak usia dini tersebut.  Sedangkan sekolah hanya sebagai pelengkap dalam memberikan informasi kepada si anak. Pendidikan seks usia dini dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya, pemahaman akan lawan jenisnya, dan pemahaman untuk menghindarkan dari kekerasan seksual. Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh. Cara yang dapat digunakan mengenalkan tubuh dan ciri-ciri tubuh antara lain melalui media gambar atau poster, lagu dan permainan. Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan  agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Hal ini dikarenakan adanya media lain yang dapat mengajari anak mengenai pendidikan seks ini, yaitu media informasi. Sehingga anak dapat memperoleh informasi yang tidak tepat dari media massa terutama tayangan televisi yang kurang mendidik. Dengan mengajarkan pendidikan seks pada anak, diharapkan dapat menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang. Dengan sendirinya anak diharapkan akan tahu mengenai seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama, dan adat istiadat, serta dampak penyakit yang bisa ditimbulkan dari penyimpangan tersebut misalnya : ( seperti : Gonorohoe, Spilis, HIV aids ) dll. Pembahasan : Untuk membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah, apalagi yang ada di dalam pikiran orang tua ketika mendengar kalimat “pendidikan seks di usia dini” adalah mengajarkan anak untuk berhubungan seksual. Sehingga orang tua tidak ingin atau enggan untuk mengajarkannya. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya. Menurut Dr.  Rose Mini AP, M Psi seorang psikolog pendidikan, seks bagi anak wajib diberikan orang tua sedini mungkin. “Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh interna secara pelan-pelan. disesuaikan dengan kemampuan anak masing-masing. Tidak ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali melakukannya setahap demi setahap sejak dini. Kita dapat mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan menjadikannya sebagai satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian pada anak layaknya kita menanamkan pengertian tentang agama. Kita tahu tidak mungkin mengajarkan agama hanya dalam tempo satu hari saja dan lantas berharap anak akan mampu menjalankan ibadahannya, maka demikian juga untuk seks. Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembang biak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orang tua dapat memberi contoh apa saja dampak-dampak yang akan diterima bila anak begini atau begitu,” sebagian besar pemikiran atau nalar anak akan seperti itu… Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara “Mengajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya. Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembang biak makhluk hidup, misalnya pada manusia. Sehingga orang tua dapat memberikan penjelasan mengenai dampak-dampak yang akan diterima bila anak sudah melakukan hal-hal yang menyimpangnya. Cara menyampaikan pendidikan seksual itu pun tidak boleh terlalu vulgar, karena justru akan berdampak negatif pada anak. Di sini orang tua sebaiknya melihat faktor usia. Artinya ketika akan mengajarkan anak mengenai pendidikan seks, lihat sasaran yang dituju. Karena ketika anak sudah diajarkan mengenai seks, anak akan kristis dan sifat ingin tahu  secepatnya dari segala hal, tentang anatomi seks tersebut. Cara yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menyampaikan informasi mengenai pendidikan seks pada anak. Bersikap jujur dan terbuka; Kita harus menyampaikan informasi yang benar dan apa adanya. Tidak boleh menjawab pertanyaan anak dengan asal-asalan, tidak akurat apalagi sampai melenceng dari subjek pertanyaan. Jangan takut memberikan informasi yang jujur karena ini akan mengajari anak untuk mau juga bersikap jujur dan terbuka kepada orang tuanya. Dengan jujur, kita tidak menyesatkan anak dengan informasi yang tidak benar, karena bisa melahirkan rasa tidak percaya anak pada orang tuanya. Faktanya banyak orang tua yang tidak besikap jujur ketika memberikan informasi seks pada anak, seperti menyebutkan organ seksual dengan istilah-istilah yang lain.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Santai Belajarlah bersikap santai, wajar, dan biasa-biasa saja. Jangan membesar-besarkan masalah, karena menganggap seks merupakan topik yang berat. Usahakan untuk seks dengan menjaga intonasi suara ketika menjawab pertanyaan anak. Tidak boleh bersikap heboh dan berlebih-lebihan. Kualitas kata atau kalimat sangat bergantung kepada cara pengucapannya. Kata yang sama namun di ucapkapkan dengan intonasi yang berbeda akan memberikan dampak yang juga berbeda pada si penerima pesan. Dalam hal seks, kita harus belajar untuk menghilangkan rasa risih dan takut ketika menjelaskannya pada anak. Jangan biarkan anak terkontaminasi pesan non verbal yang keliru hanya karena orang tua tidak mampu mengikis keresahannya setiap kali membiacarakan seks. Sangat disarankan agar selaku orang tua kita lebih dulu melepaskan diri dari semua persepsi seks dewasa yang eronis dan mesum ketika menginformasikannya pada anak agar anak tidak menangkap pesan yang keliru. Hindarkan kemarahan yang negatif; Kemarahan negatif berarti marah dan menolak pertanyaan anak melalui hardikan dan umpatan kata-kata kasar. Ini sangat berpengaruh buruk pada anak. Hindari juga kebiasaan mengatakan pada anak bahwa seks itu dosa, kotor, dan tak pantas untuk dibicarakan. Semua sikap negatif semacam ini akan menanamkan persepsi negatif tentang seks pada anak yang pada akhirnya akan memicu timbulnya pemahaman keliru tentang seks. Menyakapi kejadian kekerasan seksual serta kasus kekerasan seksual antar anak, remaja, dan lain-lain yang saat ini banyak terjadi di sekitar kita maka sikap ayah bunda adalah :
  1. Bekali anak dengan pemahamanpentingnya menjaga diri,bahwa dirinya amat sangat berharga, tidak sembarang orang dapat menyentuhnya
  2. Tekankan pada anakagar berhati-hati terhadap sentuhan dari orang lain
Ajari perbedaan sentuhan :
  • Sentuhan baik : atas bahu dan bawah lutut.
  • Sentuhan membingungkan : bawah bahu sampai bawah lutut.
  • Sentuhan buruk : sentuhan pada bagian-bagian yang di tutupi pakaian dalam.
ajari anak bagai mana harus bersikap bila menerima sentuhan buruk dan membingungkan meski sentuhan itu dari orang laki-laki terdekatnya( paman, kakek, tetengga, bahkan ayahnya sendiri ).  
  1. Jangan bersikap berlebihan, rasa marah atau frustasi dan tidak percaya seringkali membuat anak semakin terpuruk dan telah mengecewakan orang tua, kontrol emosi sehingga anak tidak menutup diri
  2. Tanyakan dengan pertanyaan terbuka, ketika anak bercerita, usahakan jangan bertanya yang terarah, pertanyaan terarah membuat anak jadi binggung, ajukan pertanyaan seperti Apa yang terjadi berikutnya ?
  3. Jangan panik, tetap tenang jangan biarkan anak merasa bersalah dan menjadi takut
  4. Semaksimal mungkin hindari anak-anak dari gadget ( smartphone, tablet, ipad.), tv,   computer lebih baik berikan mainan untuk kegiatan fisik misalnya bola, sepeda,
bowling-bowling dan atau buku-buku cerita / pengetahuan, buku aktivitas ( ingat:buku adalah investasi berharga yang kita tanam untuk anak ) ,dan atau mainan edukatif              ( puzzle, lego, balok, tangram, kartu-kartu yang mendidik dan lain-lain yang  sudah banyak di jual di toko buku).
  1. Berikan “underware rule”, aturan pada anak dalam berpakaian, di mana, kapan dan pada siapa boleh membuka pakaian dalam.jangan biasakan anak kita ( usia balita) hanya
memakai pakaian dalam saja saat di rumah, meski sedang bersama orang tua/anggota keluarga.mulai berikan pemahaman tentang aurat laki-laki dari pusar sampai lutut dan aurat perempuan adalah semua kecuali telapak tangan dan muka
  1. Berikan aturan, sejak usia 7 tahun sudah di pisah tidurnya antara laki-laki dan perempuan dan tidak boleh tidur dalam satu selimut. bila masuk kamar orang tua,  harus mengetuk
pintu terlebih dahulu.
  1. orang tua tidak membiasakan diri hanya memakai handuk saja saat keluar dari
kamar mandi. aturan ini juga harus dibiasakan pada anak-anak kita.
  1.   Dengan Musim Pandemi Covid- 19   ini yang dianjurkan Dari Kesehatan baik
untuk kita maupun anak anak untuk Patuhi protokol Kesehatan kebiasaan yang sudah dapat menerima penjelasan adalah harus, Pakai masker, Cuci Tangan, Hand sanitaizer dan jaga jarak, hindari kerumunan. Tentu anda tidak ingin anak Anda tumbuh dengan persepsi yang negatif tentang seks. Ayo ajarkan mereka mengenai pendidikan seks yang dimulai sejak usia dini. Rentangan anak usia dini menurut pasal 28 UU Sikdiknas Nomor : 20/2003 ayat 1 adalah usia 0-6 tahun, sedangkan menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraanya PAUD dilaksanakan sejak Usia 0-8 tahun ( masa emas ) dan ruang lingkup pendidikan anak usia dini diantaranya bayi ( 0-1 tahun ), balita ( 2-3 tahun ), kelompok bermain ( 3-6 tahun ) dan Sekolah Dasar Kelas awal ( 6-8 tahun ) Usia 3-4 tahun boleh dimulai sedini mungkin dari mulai membersihkan alat genitalnya secara mandiri Penutup Dengan kesimpulan pendidikan Seks anak usia dini berusaha membina menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi pada usia dini secara optimal. Pendidikan ini akan membentuk prilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya. Dengan pendidikan ini, anak usia deni akan lebih siap untuk memasuki tahap pendidkan selanjutnya. Pendidikan usia dini juga menbangun landasan bagi perkembangan anak usia dini tersebut akan mengembangkan potensi kecerdasan speritual, intelektual dan emosional.serta mementuk prilaku yang santun, mempersiapkan anak untuk ke tahap selanjutnya dan mengembangkan potensi anak usia dini. Pendidikan seks  anak usia dini dapat meningkatkan kreaktifitas, pola pikir anak dan daya tarik anak, dalam pendidikan usia dini tersebut dapat pula untuk membawa anak dalam memahami emosi di dalam jiwanya anak tersebut. (sumber dihimpun dari berbagai reverensi)  

Sumber: