100 Hari Zain, Menjaga Ekspektasi Rakyat

Oleh: Dwi Riyanto Presidium KAHMI Lamsel Hari ini pemerintahan ayo bangun desa yang dinahkodai Zain (Zainudin Hasan - Nanang Ermanto) genap 100 hari. Usia yang masih seperti bayi berkebutuhan susu eksklusif. Perubahan fisik belum terlihat nyata berbeda dari waktu lahirnya. Dalam berinteraksi hanya mampu mengandalkan bahasa komunikasi dengan cara menangis. Jadi 100 hari belum bisa dijadikan rujukan untuk menilai perubahan signifikan atas kepemimpinan di Lampung Selatan. Apalagi memberi vonis berhasil atau gagal. Meskipun demikian, Zain harus bisa menunjukkan tanda-tanda arah perubahan. Supaya tidak menjadi seperti bayi bergizi buruk. Usia terus bertambah tapi tidak diikuti perubahan nyata. Zain terpilih menjadi pemimpin dengan ekspektasi (harapan) yang tinggi dari rakyatnya untuk terjadinya banyak perubahan. Harapan dari rakyat Lampung Selatan terhadap Zain sangat tinggi karena pada masa kampanye pilkada, Zain melakukan komunikasi langsung kepada mereka. Dalam satu hari bisa lebih dari sepuluh titik pertemuan yang masing-masing diikuti oleh lebih dari seribu orang. Seluruh program dan rencana perubahan didengar telinga rakyat langsung dari lisan Zain. Meskipun sebagian juga didengar melaluii lisan para tim sukses dan tim kampanye. Namun sebagian besar rakyat pemilih bertatap muka langsung dengan Zain, sehingga wajar harapan mereka sangat tinggi. Pemimimpin dengan harapan yang tinggi dari rakyatnya memang menanggung beban yang berat. Sebab harus membuktinyatakan segala program yang telah terekam dan melekat di benak masyarakat. Beban yang ditanggung oleh pemimpin itu berat karena rakyat tidak mau tahu-menahu urusan birokrasi dalam mewujudnyatakan program-program yang telah dikampanyekan. Bagi mereka, bahwa Zain adalah pemimpin dan pemegang kekuasaan eksekutif yang tentu serba bisa membereskan urusan birokrasi. Pokoknya program yang telah dikampanyekan harus menjadi kenyataan, terserah bagaimana caranya, demikian sebagian besar rakyat beranggapan. Harus diakui, intensitas pertemuan Zain dengan rakyat sebelum dan setelah terpilih mengalami penurunan. Jika sebelum terpilih hampir setiap hari bertemu dengan puluhan ribu rakyat di banyak desa, sekarang tidak sampai sebanyak itu. Hal ini terjadi karena sebelum terpilih Zain tidak terikat dengan birokrasi, sedangkan sekarang harus banyak menyelesaikan urusan pemerintahan. Anjloknya intensitas pertemuan ini memang bisa memicu rendahnya harapan rakyat terhadap Zain. Beresiko mengundang rasa pesimisme dan anggapan bahwa Zain rajin bertemu dengan rakyat hanya ketika \'nyalon\' dan setelah \'jadi \' tidak menggebu-gebu lagi. Anggapan ini wajar muncul, sebagai bentuk ungkapan ketidaksabaran rakyat atas tidak segera datangnya program yang dinantikan. Terutama program-program yang langsung dirasakan manfaatnya bagi mereka, Seperti selalu muncul pertanyaan: \"sudah gratis atau belum?\" tiap kali raskin akan disalurkan kepada rakyat. Pertanyaan ini terkadang menjadi beban psikologis bagi para tim sukses Zain yang sehari-hari berinteraksi dengan para pemilih. Para tim sukses harus bisa menjelaskan dan meyakinkan rakyat bahwa program pemerintahan dilaksanakan melalui tahapan-tahapan yang membutuhkan waktu tidak sedikit, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Terhadap program-program yang manfaatnya langsung diterima oleh rakyat dan selalu dinanti segera terwujud namun belum bisa terealisasi dalam waktu dekat, menurut saya Zain harus menjelaskan secara langsung kepada mereka. Intensitas pertemuan dengan rakyat digenjot kembali sebagai bentuk komunikaai langsung pemimpin-rakyat yang telah terbukti sebagai penentu kemenangan Zain. Segala kendala dan permasalahan yang dihadapi yang menyebabkan program belum terealisasi dalam waktu dekat dijelaskan sendiri oleh Zain kepada rakyat. Ini sebagai langkah untuk menjaga ekspektasi rakyat kepada Zain yang telah terbangun sebelum pelantikan. Kehadiran kembali sosok Zain menemani hari-hari yang dijalani rakyat setidaknya bisa mendahului kehadiran program-program yang dinantikan. Manfaatnya jelas, yaitu memberi penjelasan kepada rakyat sekaligus memberi kelegaan hati kepada mereka. Belajar dari budaya kita \"orang timur\", kehadiran langsung sosok pemimpin di tengah rakyatnya terkadang jauh lebih penting dan berkesan ketimbang programnya. Saya juga yakin kebanyakan pemilih Zain, bukan semata-mata memilih karena program yang ditawarkan, tetapi terpukau oleh kesediaannya untuk hadir dan menyapa mereka sampai larut malam, meskipun berada di pelosok dusun. Ya, bagi kita orang timur, menyapa dengan kehadiran jauh lebih bermakna daripada menyapa dengan program atau apa pun. Nemui nyimah, mendatangi dan memberi, demikian spirit etnis Lampung dalam mengagungkan silaturahmi. Mangan ora mangan sing penting ngumpul, makan ataupun tidak makan yang penting berkumpul, demikian pula etnis Jawa berfalsafah. Setelah 100 hari memimpin, Zain sudah cukup waktu untuk mengenal dan menata internal pemerintahan. Kemudia harus bergerak untuk menjaga ekspektasi rakyat dengan banyak bertatap muka kembali dengan rakyat. Sederhananya, urusan Zain adalah banyak-banyak berkumpul dengan rakyatnya, urusan program kerja serahkan dan berikan kepercayaan kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk mengurusinya. Zain bisa bertanya-jawab langsung kepada rakyat untuk menilai apakah SKPD yang telah diberinya kepercayaan telah melaksanakan programnya atau belum. Setidaknya ini akan menjaga Zain untuk tetap bercita rasa pemimpin yang merakyat, tidak teralienasi dalam birokrasi. Wallahu a\'lamu.
Sumber: