Jaga Stabilitas Harga Kambing dengan BUMDes
PALAS – Desa Sukabhakti Kecamatan Palas siap membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Rencananya Desa Sukabhakti akan membentuk BUMDes yang bergerak dibidang usaha pengembangan ternak kambing yang ada didesa. Potensi peternakan kambing yang ada didesa menjadi alasan Desa Sukabhakti membentuk BUMDes yang bergerak dibidang itu. Sebab, hampir seluruh warga desa memiliki ternak kambing. Sementara penjualan kambing tersebut dinilai belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena dijual pada saat-saat yang tidak tepat. “Rencananya BUMDes nanti yang akan menampung terlebih dahulu seluruh kambing yang ada didesa. Harga yang dipatok sesuai pasaran,” kata Kepala Desa (Kades) Sukabhakti Yato Suyanto kepada Radar Lamsel dalam wawancara, Selasa (7/6). Selama ini, sambung Yato, warga cendrung dirugikan karena menjual ternak kambing karena desakan kebutuhan. Karena desakan itu harga jual kambing cendrung merosot. “Nah, kami akan memfungsikan BUMDes sebagai lembaga yang juga akan menstabilkan harga kambing. Meski masyarakat butuh dana cepat, tetapi harganya tetap stabil,” ungkap Yato. Menurut Yato, ternak kambing didesanya memiliki potensi yang cukup menjanjikan. Sebab, setiap kepala keluarga (KK) yang jumlahnya mencapai 709 KK, hampir setiap KK memiliki kambing rata-rata 5 ekor. Potensi ini juga didukung dengan hamparan wilayah Sukabhakti yang berbukitan namun penuh dengan rumput untuk pakan ternak kambing. “Kita rata-rata satu KK punya lima ekor kambing. Tentu menjadi potensi besar bagi kami,” ungkap Yato. Yato mengungkapkan BUMDes nantinya juga akan menjadi lembaga yang akan mendongkrak pendapatan asli desa (PADes) Sukabhakti. Dari usaha pengembangan ternak yang dilakukan, Yato optimistis desa akan mendapatkan penghasilan yang notabennya untuk pembangunan desa. “Sebenarnya yang paling penting adalah ini cara desa untuk menjaga agar harga kambing warga kami tidak ditawar dengan harga yang rendah. Selama ini warga selalu dirugikan karena keadaan, Nanti jika ada lagi pembeli dari Kota Serang, tidak akan rendah lagi harganya,” pungkas Yato. Yang menarik pengelolaan usaha pengembangan ternak kambing itu tetap melibatkan masyarakat. Yakni dengan sistem gaduh ternak yang dijaga sendiri oleh masyarakat. Hasil dari sistem gaduh itu juga akan menguntungkan masyarakat. Sebab, jika kambing yang dipelihara oleh warga beranak akan dibagi dua. Untuk rencana besar yang melibatkan masyarakat ini, Yato mengaku akan menggulirkan anggaran sebesar Rp 40 – 50 Juta tahun 2016 ini. (yan)
Sumber: