Walau Tren Membaik, Ekonomi Lampung 2020 Terkontraksi

Walau Tren Membaik, Ekonomi Lampung 2020 Terkontraksi

Bank Indonesia gelar diseminasi Laporan Perekonomian Provinai (LPP) Lampung Triwulan IV 2020, yang dikemas dalam bentuk _Lampung Economic Update_, pada Kamis (25/3).     Topik yang di usung pada diseminasi ini, pertama pengembangan ekonomi regional hasil dari LPP Lampung triwulan IV 2020; kedua, perkembangan realisasi APBD Provinsi Lampung dan proyeksi realisasi APBD 2020; ketiga, medorong pemulihan pariwisata Lampung.     Budiharto Setyawan Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung mengatakan perkembangan ekonomi global masih akan melakukan perbaikan di tahun 2021 ini. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi saat ini terjadi di negara negara yang mampu mengakselerasi vaksinasi Covid-19 serta menempuh stimulus fiskal dan moneter yang besar.     Akselerasi pelaksanaan vaksinasi Covid-19 terutama terjadi di negara maju, sementara di negara berkembang lebih lambat. Pertumbuhan AS ditopang tambahan stimulus fiskal sebesar USD 1,9 triliun yang berlaku sejak 17 Maret 2021 dan rencana tambahan stimulus fiskal sebesar USD 2 triliun pada triwulan IV 2021.     Untuk di Indonesia menurut Budi, Ekonomi  terkontraksi di 2020, ke depan diprakirakan meningkat secara bertahap pada 2021. Di tahun 2020 ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 2,07% (yoy), dibandingkan tahun 2019 yang tumbuh 5,02%.     Kondisi ini dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan hampir di semua sektor termasuk konsumsi RT, investasi, ekspor dan impor. Ke depan, program vaksin nasional yang telah dimulai pada awal Januari 2021 dan disiplin yang tetap dibarengi dengan penerapan protocol Covid-19 diharapkan dapat mendukung proses pemulihan ekonomi domestik.     Selain itu, lima langkah kebijakan juga akan menopang prospek tersebut, yakni  pembukaan sektor-sektor produktif dan aman secara nasional maupun di masing-masing daerah; akselerasi stimulus fiskal; penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran; berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial; serta percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM.     Selanjutnya, perkembangan ekonomi di Lampung, lanjut Budi ekonomi Lampung tahun 2020 terkontraksi, meski dengan tren membaik pada akhir tahun. Secara tahunan, perekonomian Lampung tahun 2020 terkontraksi sebesar -1,67% (yoy).     Realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat -1,19% (yoy), meski lebih baik dibandingkan Nasional yakni -2,07% (yoy). Perbaikan pada akhir tahun didukung oleh ekspor seiring dengan pemulihan kondisi perekonomian mitra dagang utama Lampung, terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan India.     Realisasi tersebut, menurutnya secara spasial menempatkan Lampung pada peringkat ke-8 dari 10 provinsi di Sumatera pada tahun 2020. Secara nominal, perekonomian Lampung tahun 2020 berdasarkan ADHB dan ADHK (2010) masing-masing Rp354,63 triliun dan Rp240,31 triliun.     Untuk pertumbuhan ekspor Lampung lebih tinggi, dijelaskan Budi perkembangan ekspor nonmigas Lampung pada Tw I-2021 (data s.d.Jan-2021) mengalami pertumbuhan sebesar 46,87% (yoy), lebih tinggi dari kinerja triwulan lalu yang tumbuh 32,08% (yoy).     Kondisi ini sejalan dengan permintaan negara mitra dagang utama yang terus membaik dan dalam tren meningkat pasca re-opening akibat pandemi Covid-19. Sebagai informasi, di tengah pandemi yang terjadi, ekspor Lampung sepanjang tahun 2020 masih mampu tumbuh positif sebesar 7,59% (rnn).     Lalu, di sektor Impor Lampung mengalami kontraksi lebih dalam. Secara tahunan, perkembangan impor nonmigas Lampung pada Tw I-2021 (data s.d. Jan-2021) mengalami pertumbuhan sebesar 116,95% (yoy), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tercatat terkontraksi sebesar -37,67% (yoy).     Peningkatan impor yang cukup signifikan tersebut didorong oleh impor barang konsumsi dan juga bahan baku penolong yang tumbuh positif setelah pada triwulan sebelumnya masih terkontraksi.     Sementara itu, untuk barang modal masih tercatat terkontraksi sebesar -68,87% (yoy). Sebagai informasi, secara keseluruhan tahun 2020 impor Lampung tercatat kontraksi sebesar -12,40% (yoy) sejalan dengan konsumsi domestik yang juga terdampak oleh pandemi.     Begitupula dengan Tantangan dan Peluang Pariwisata di Lampung. Diungkapkan Budi Pariwisata menyumbang sekitar 7% terhadap Ekonomi Lampung. Tantangan yang dihadapi mulai dari Kinerja Wisman masih diproyeksikan terkontraksi di 2021, Memastikan penyelenggaraan event besar Pariwisata, serta Belum pulihnya pariwisata berpotensi meningkatkan kerentanan rumah tangga dan korporasi.     Untuk peluang, Program Bangga Berwisata #diIndonesiaAja dan Bangga Buatan Indonesia, Pengembangan destinasi pariwisata tetap terus dilanjutkan untuk mendukung Pariwisata Lampung di era “new normal”, Tren pariwisata “new normal” mendorong, pengembangan digitalisasi pariwisata, Program vaksinasi massal gratis, serta Pengembangan UMKM Desa Wisata. (Pip/     Tangkap layar//   Diseminasi Laporan Perekonomian Provinai (LPP) Lampung Triwulan IV 2020, yang dikemas dalam bentuk _Lampung Economic Update_, pada Kamis (25/3).

Sumber: