Harga Sembako Diklaim Masih Stabil

Harga Sembako Diklaim Masih Stabil

KALIANDA – Pemkab Lampung Selatan mengklaim stok sembako di Pasar Inpres Kalianda, aman menjelang Bulan Suci Ramadhan 1442 H. Hal itu berdasarkan hasil pemantauan harga dan stok kebutuhan pokok di pasar kebanggaan warga Kalianda, Kamis (8/4) kemarin. Tim II Monitoring Harga dan Stok Kebutuhan Pokok Lamsel, dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP), Ir. Yansen Mulya. Dalam kegiatan tersebut, turut serta Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Ketut Sukerta, SE beserta anggota tim dan turut mendampingi Plt. Kepala UPT Pasar Inpres Kalianda, Ella Agustianus, SE. Pantauan Radar Lamsel, tim monitoring langsung bergerak menyisiri lorong dan gang pasar tersebut. Mereka melakukan pendataan harga dan stok barang sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, cabai, daging, ikan, gas elpiji, gula, minyak goreng, bawang merah dan putih pada H-7 Bulan Suci Ramadhan 1442 H. Yansen menyebutkan, jika sejumlah kebutuhan khususnya komoditi pertanian seperti beras, bawang, cabe harganya relatif stabil. Bahkan, secara keseluruhan baik stok maupun harga tidak mengalami perubahan yang signifikan. “Secara umum relatif aman. Mulai dari ketersediaan barang atau stok-stok semua aman. Kemudian harga daging, harga ikan cukup stabil. Ada kenaikan harga seperti telur, dari harga kemarin Rp22 ribu sekarang menjadi Rp26 ribu per kilogramnya. Lalu, harga bawang merah bawang putih juga standar. Seperti harga cabai kriting merah dijual di kisaran antara Rp40 ribu - Rp45 ribu per kilogramnya,” kata Yansen. Dia menambahkan, dalam kegiatan ini Pemkab Lamsel telah membagi dua tim monitoring. Mereka, diberikan tugas yang sama dengan sasaran sejumlah pasar tradisional di wilayah Bumi Khagom Mufakat ini. “Kami dibagi menjadi dua tim. Untuk Tim I dipimpin oleh Kepala Dinas Perdagangan Pak Yusri. Mereka diberi tugas ke wilayah bagian Barat. Nanti, secara keseluruhan akan kami bahas dan sampaikan kepada pak Bupati untuk hasil monitoring stok dan harga sembako ini,” imbuhnya. Dia berharap, kondisi ini bisa terus bertahan hingga memasuki Hari Raya Idul Fitri. Sehingga, masyarakat tidak mengalami kesulitan dan bisa melaksanakan ibadah dengan aman dan lancar. “Jika nanti terdapat kendala soal stok atau harga, bisa saja kami lakukan operasi pasar untuk membantu masyarakat,” tukasnya. Terpisah, Komisi Pengawas Persaingan Usaha Kantor Wilayah II ikut memantau berbagai stok pangan di lapangan.\"Kami telahmelakukan pemantauan stok dan harga kebutuhan bahan pangan pokok di Provinsi Lampung, Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung dan Sumatera Selatan. Kegiatan ini dilakukan untuk menjagastabilitas harga selama bulan suci Ramadhan,\" jelas Wahyu Bekti Anggoro, Kepala Kantor KPPU Wilayah II melalui keterangannya Kamis (8/4). Hasilnya, dari beberapa daerah yang dilakukan pemantauan, termasuk Lampung. KPPU menemukan mulai melonjaknya harga bahan pokok. \"Berdasarkan pemantauan, KPPU melihat terdapat komoditas bahan pangan pokok yang mengalami fluktuasi harga sejak awal januari 2021, yaitu komoditas cabai merah keriting, cabai rawit merah, cabai rawit hijau, bawang merah, bawang putih, ayam broiler dan telur ayam broiler. Sementara untuk komoditas daging sapi terpantau stabil,\" tambahnya. Maka, lanjut Wahyu, sebagai wujud komitmen KPPU dalam upaya menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pasokan barang kebutuhan pokok pada sektor pangan strategis di Wilayah kerja Kantor Wilayah II, selama Bulan Ramadhan KPPU siap untuk terus mengawasi harga di tingkat pasar dan melihat berbagai aspek yang terjadi dalam sudut pandang regulasi dan kebijakan baik ditingkat daerah dan nasional. KPPU akan mewaspadai peningkatan harga pangan untuk melakukan penilaian apakah peningkatan harga terjadi karena permintaan pasar yang tinggi atau terjadi karena adanya praktek-praktek yang bertentangan dengan Undang-undang Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. \"Kami, KPPU juga terbuka untuk menerima laporan dari masyarakat jikaditemukan adanya indikasi pelanggaran terhadap UU Nomor 5/1999 yang berdampak pada adanya hambatan pada pasokan dan distribusi, serta meningkatnya harga bahan pangan pokok ditingkat konsumen,\" tandasnya. (idh)  

Sumber: