Harga Gabah Buat Petani Merugi
![Harga Gabah Buat Petani Merugi](https://radarlamsel.disway.id/uploads/Foto-6-15.jpg)
PALAS – Merosotnya harga jual gabah padi hingga saat ini masih melekat di sektor pertanian di Lampung Selatan. Itu terbukti jeritan petani atas merosotnya harga gabah masih terus terdengar. Tanpa disadari, masalah ini juga menjadi penyebab mengapa sektor ekonomi pertanian sulit berkembang. Semakin kedepan, patani di Lampung Selatan semakin jauh dari kesejahteraan. Seperti yang dirasakan petani padi di Kecamatan Palas pada musim rendeng saat ini. Petani mengaku merugi, biaya produksi yang terus meningkat namun hasil produksi selalu diganjar dengan harga murah. Upaya pemerintah yang terus mendorong sarana dan prasarana pertanian juga belum mampu mendongkrak kesejahteraan petani. Perekonomian petani disana masih seret karena tak ada bantuan setelah paska panen, untuk meningkatkan harga padi. Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), Desa Tanjung Jaya Bina Tani Mandiri, Darsono mengungkapkan, dengan harga jual gabah yang masih bertengger Rp 3.500 per kilogram tak meberi keuntugan bagi petani. “Dengan harga yang murah saat ini petani tidak dapat untung, bahkan merugi. Sebab harga gabah yang diberikan tidak sebanding dengan biaya produksi,” ujar Darsono kepada Radar Lamsel, Rabu (28/4). Darsono mengungkapkan, biaya penanaman padi mulai dari proses pengolahan tanah hingga panen mencapai Rp 12 juta per hektar, dengan hasil produksi padi rata-rata 6 ton. Jika gabah dihargai Rp 3.500 per kilo gram artinya petani mendapatkan Rp 21 juta, dan mendapatkan keuntungan Rp 9 juta. “Rata-rata petani kita punya satu hektar lahan, dapat Rp 9 juta ketika panen. Tapi ini belum bisa dikatakan dapat untung. Sebab 9 juta tidak akan cukup utuk kebutuhan rumah tangga selama lima bulan kita menenggu dari tanam hingga padi dipanen,” ungkapnya. Darsono juga tak menampik, Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan terus meberikan bantuan sarana dan prasarana pertanian di wilayah Palas. Mulai dari alat mesin pertanian, benih, hingga jaringan irigasi agar produksi padi meningkat. Sayangnya, pemerintah kurang peka memberikan bantuan setelah paska panen. Gabah dari hasil kerja keras petani selalu mendapatkan harga murah. “Ya harapan kami bantuannya tidak timpang. Peningkatan harga gabah juga harus diperhatikan. Ya kalau ingin petani sejahtera bisa menabung harga gabah, setidaknya diangkat Rp 4.000,” harapnya. Hal senada juga diutarakan oleh Made Sujane (45). Petani asal Desa Bali Agung ini menggungkapkan, degan mengandalkan satu hektar laha, hasil menanam padi saat ini sudah tak bisa lagi dijadikan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Kala kita punya satu hektar, ditanami padi. Hasilnya tidak bisa lagi jadi tumpuan untuk kebutuhan keluarga. Petani selalu dapat keuntungan tipis, setiap musim panen,” pungkasnya. (vid)
Sumber: