Nurul Ikhwan Senggol Bulog Beli Gabah Petani

Nurul Ikhwan Senggol Bulog Beli Gabah Petani

Sebut Pemkab dan Pemprov Harus Kerjasama

  PALAS – Anjoloknya harga jual gabah ditingkat petani pada musim panen raya rendeng tahun ini terus menuai sorotan dari berbagai pihak. Jatuhnya harga jual gabah kering panen (GKP) di tingkat petani bukan pertama kali terjadi, namun sudah sering kali dirasakan oleh petani Lampung Selatan. Anggota Komisi IV Provinsi Lampung, Nurul Ikhwan  mengatakan, masalah jatuhnya hasil pertanian ini harus ditanggapi bersama-sama oleh pemerintah, agar petani tidak dirugikan setiap musim panen. “Mau enggak mau kita harus bersama-sama. Baik dinas pertanian kabupaten hingga provinsi. Jangan selalu petani yang dirugikan setiap musim panen,” ujar Nurul Ikhwan kepada Radar Lamsel usai menggelar kegiatan reses di Desa Bangunan, Kecamatan Palas, Rabu (5/5) kemarin. Nurul mengungkapkan, langkah pemerintah yang paling ideal mengatasi hasil pertanian yang kerap anjlok setiap musim panen yaitu, membentuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) pertanian. Hanya saja degan kondisi saat ini, mewujudkan upaya ini membutuh waktu dan proses yang panjang. Langkah cepat yang harus diambil disituasi sulit  saat ini, pemerintah harus menggandeng Bulog agar bisa membeli hasil pertanian sesuai dengan Harga Pokok Penjualan (HPP). “Yang paling ideal yang pemerintah membentuk BUMD pertanian, tapi prosesnya panjang. Mau enggak mau ya pemerintah harus menggandeng Bulog agar segera membeli gabah dari  petani,” kata politikus partai PDI Perjuangan itu. Begitu juga Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang sehatusnya bisa berperan untuk mengatasi keluahan petani di lumbung pangan Lampung Selatan itu. BUMDes semestinya memiliki unit usaha yang bisa membeli hasil pertanian di desanya sendiri. Walaupun, kata Nurul, hanya sekala desa. “BUMDes sebenarnya bisa juga berperan untuk membeli hasil petani, walaupun skalanya hanya didesa,” sambungnya. Ia juga berharap, kelompok tani di lampung selatan juga harus berinovasi untuk mendorong petani lepas dari jeratan para tengkulak dengan pinjaman modal bunga tinggi. Apalagi saat ini, sudah banyak produk simpan-pinjam dengan bunga yang rendah. “Harapan saya petani juga harus merubah mindset, agar bisa terlepas dari tengkulak. Saat ini banyak prodak simpan pinjam di Bank dengan bunga yang rendan seperti kredi usaha rakyar. Kemudian berinovasi untuk masalah pupuk dan benih padi,” harapnya. Untuk diketahui, hingga saat ini harha jual GKP ditingkat petani jatuh hingga Rp 3.200 per kilogramnya. Itupun uang hasil penjualan tak langsung didapatkan petani. Petani harus menunggu pembayaran hingga dua pekan. (vid)        

Sumber: