’’Petani Berjaya’’ Tercemar Pupuk Palsu

’’Petani Berjaya’’ Tercemar Pupuk Palsu

Dewan Minta Peredarannya Ditelusuri

NATAR - Kapolres Lampung Selatan AKBP Edwin Bersama Anggota komisi III DPR RI Taufik Basari dan Anggota DPR Provinsi Lampung Wahrul Fauzi Silalahi meminta masyarakat melaporkan ke pihak kepolisian jika ada temuan atau melihat pelanggaran hukum soal pengoplosan pupuk di wilayah masing-masing. Menurut Taufik Basari, dua kasus yang diungkap Polsek Natar merupakan kejahatan yang memiliki efek cukup besar terhadap masyarakat luas, pertama dengan disebarnya pupuk palsu ke petani tentu akan sangat merugikan rakyat karena hasil panen tidak memuaskan bahkan pertanian rusak karena adanya pupuk palsu seperti ini. \" Saya selaku anggota komisi III DPR sangat mengapresiasi kinerja dari Polsek Natar dan polres Lampung Selatan saat ini, karena penangkapan kasus besar seperti pupuk ini sangat di nantikan warga masyarakat, \" Kata Politisi Partai Nasdem itu saat ungkap kasus di Mapolsek Natar, Minggu ( 24/10/2021). Menurut Tobas sapaan akrabnya, persolan pupuk palsu ini menyangkut hajat masyarakat banyak terutama petani dengan ditangkapnya pelaku ini sangat membantu warga petani untuk itu dia mendukung penuh pengungkapan kasus pupuk palsu ini. Komisi III kata Tobas, sangat mendukung atas penangkapan pelaku kejahatan pengoplosan pupuk ini,  karena Lampung ingin petani berjaya dan maju namun ada perusak seperti pemalsuan pupuk seperti yang ada sekarang ini. \" Bisa dibayangkan kalau hal ini tidak diungkap Polsek Natar akan beredar ke petani tetapi tidak ada manfaat sama sekali pupuk ini untuk tanaman, \" Katanya. Kapolres Lamsel AKBP Edwin mengatakan jika pupuk oplosan yang diungkap jajarannya sudah berlangsung selama empat bulan, peredaran dari pupuk palsu ini untuk sementara belum keluar provinsi lain masih disekitar Lampung. Harga persatu karung sama dengan harga pupuk aslinya Rp185 ribu, dan kapolres memastikan akan ada tersangka lain dibalik pemalsuan pupuk yang ditangkap saat ini. \" Kalau untuk sementara ini baru satu tersangkanya dia ini yang memerintahkan pekerja yang ada di gudang, yang kami periksa ada beberapa saksi tetapi mereka ini saksi sebagai pekerja makanya belum ada tersangka lain selain satu ini, \" Kata Edwin. Untuk sementara yang diketahui baru di Natar belum ada wilayah lain yang melakukan pengoplosan pupuk seperti ini. Berdasarkan pengakuan tersangka S, dia menjalankan usaha oplos pupuk mengikuti petunjuk dari rekanya, tersangka juga membantah jika pupuknya sudah beredar. Dari keuntungan menjual pupuk palsu tersangka mendapat Rp12 Ribu per satu kilogramnya. \" Pekerja ada tiga, tujuan jualnya baru di Lampung, \" kata tersangka.   Meski pelaku pengedar pupuk oplosan telah ditangkap, namun polisi tetap diharapkan melakukan penulusuran peredaran pupuk berkelas oplosan itu hingga ke hilir. Sebab, walau pelaku pembuat pupuk oplosan itu telah ditahan. Namun tak bisa dipungkiri pupuk oplosan itu telah banyak beredar di wilayah Lampung Selatan. Anggota Komisi II DPRD Lampung Selatan  Qodri mengatakan, meski produsen pupuk oplosan ini telah dibekuk. Polisi harus melakukan penelusuran peredaran pupuk palsu ini. “Ya walaupun pelakunya sudah ditangkap. Bukan tak mungkin sudah beredar ke wilayah-wilayah Lampung Selatan, terutama dengan sektor pertanian dan perkebunan yang luas seperti di Sragi,” sambungya. Qodri juga tak menampik, saat ini petani di Kecamatan Sragi banyak yang beralih menggunakan pupuk non subsidi. Ini merupakan dampak dari penurunan kuota pupuk bersubsidi yang dilakukan pemerintah di tahun ini. “Penggunaan pupuk non subsidi ini dampak dari penurunan jumlah kuota pupuk subsidi. Dengan adanya peredaran pupuk oplosan ini tentu saja membuat petani resah,” ungkapnya. Menurutnya upaya pembersihan peredaran pupuk oplosan ini tak hanya menjadi tugas dari kepolisian. Petani juga harus cermat dan sigap untuk memberikan laporan jika menemukan pupuk bersusidi. “Sementara pemerintah juga harus memberikan sosialisasi agar petani kita lebih cerma dalam memilih pupuk non subsidi yang asli, memiliki izin edar resmi dan telah uji kandungan. Petani kita juga harus waspada dan sigap jika ada temuan pupuk oplosan,” sambungnya. Wayan Sulendra (35) petani asal Desa Trimomukti, juga tak menampik dengan menurunnya kouta pupuk subsidi membuat petani beralih menggunakan pupuk non subsidi. Mantan Ketua Gabungan Kelompok Tani Sumber Makmur ini juga mengajak petani untuk lebih waspada, dan tidak tergiur dengan pupuk non subsidi dengan harga yang jauh lebih murah. “Banyak petani menggunakan pupuk non subsidi. Tapi selalu kita arahkan membeli ke kios resmi dari Pusri atau Gersik. Petani juga terus kita ajak utuk lebih hati-hati membeli pupuk, terutama yang memiliki harga lebih murah,” tutupnya. (kms/vid)

Sumber: