Ruang Kelas SMPN Satap Disekat Geribik Usang
PALAS – Sense of crisist (prihatin’red). Begitulah kondisi ruang belajar para pelajar SMPN Satu Atap (Satap) 1 Kecamatan Palas. Bangunan sekolah yang berada di Desa Tanjungsari, Kecamatan Palas ini kondisinya rusak berat bahkan nyaris roboh. Meski begitu kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan yang dihantui rasa takut dan khawatir. Tak hanya bangunan utama. Fasilitas disekolah itu juga tak layak. Bahkan untuk memisahkan lokal-lokal kelas pihak sekolah hanya menggunakan anyaman bambu atau yang biasa disebut geribik yang juga sudah rusak. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, sekolah itu dibangun tahun 2007 lalu. Terdiri dari dua ruang kelas dan satu kantor. Jumlah siswa sebanyak 60 siswa yang terbagi kelas I, II dan III. Disekolah ini para tenaga pengajarnya pun tak ada yang berstatus pegawai negeri. “Semua tenaga pengajarnya adalah honorer,” ungkap anggota DPRD Lampung Selatan Bowo Edi Anggoro kepada Radar Lamsel, Jum’at (29/7). Politisi PKS ini mengaku prihatin melihat kondisi sekolah itu. Terlebih diera modernisasi saat ini masih ada sekolah yang belum layak. “Kita akan advokasi dan perjuangkan supaya mendapat bantuan,” ungkap dia. Ketua DPD PKS Lamsel yang duduk di Badan Anggaran (Banang) DPRD Lamsel ini pun lantas meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Lamsel untuk dapat memprioritaskan perbaikan sekolah itu. Permintaan itu disampaikan Bowo saat pembahasan laporan pertanggungjawaban APBD tahun 2015 pada Dinas Pendidikan (Disdik) Lamsel diruang Banang pekan lalu.“Mudah-mudahan apa yang disampaikan dapat segera direspons satuan kerja terkait,” harap Bowo. Sementara itu Kasi Sarana dan Prasarana Dinas Pendidikan Yus Mardi mewakili Kadisdik Lamsel Drs. Burhanudin, MM membenarkan kondisi SMPN Satap Kecamatan Palas membutuhkan perbaikan. “Ya, Kami sudah mengetahuinya, data SMPN Satap Tanjungsari sudah ada,” ujar Yus Mardi saat dihubungi Radar Lamsel melalui sambungan telepon. Saat ini, sambung dia, Disdik sedang berupaya menyusun data SD, SMP se-Lamsel yang butuh perawatan dan perbaikan yang sifatnya segera. “Sekolah yang butuh perawatan di Lamsel bukan hanya SMPN Satap Palas saja. Masih banyak sekolah lainnya di Lamsel yang juga butuh perhatian,” ujar Yus. Sejauh ini realisasi perawatan sarana dan prasarana SD, SMP di Lamsel yang sudah terakomodasi baru mencapai 40 persen dari total jumlah 489 SD dan 150 SMP se-Lamsel. “Tahun ini kuota dana perbaikan hanya sebesar Rp 700 juta. Sebagai catatan hanya untuk perbaikan SD saja dan sifatnya mendesak. Kemudian untuk kuota dana perbaikan pemeliharaan gedung SMP belum ada,” kata Yus. Meski begitu Yus mengaku Disdik Lamsel terus berupaya jemput bola dengan menyusun secara teknis dan detail data SD, SMP yang butuh perawatan. Dia mengaku akan mengajukan permohonan perbaikan melalui proposal yang disampaikan ke pemerintah pusat. (red)
Sumber: