Palas Lampung Selatan Diguyur Hujan Es, Begini Penjelasan BMKG

Palas Lampung Selatan Diguyur Hujan Es, Begini Penjelasan BMKG

PALAS, RADARLAMSEL.COM – Guyuran hujan yang terjadi di wilayah Barat Kecamatan Palas pada Senin (9/1) sore kemarin cukup menyita perhatian masyarakat. Sebab di Dusun Pematang Buluh, Desa Bali Agung mendadak heboh lantaran diguyur hujan es. Fenomena hujan es ini selain memunculkan rasa heran, juga mengudang keresahan masyarakat. Fenomena alam yang pertama kalinya ini dikhawatirkan sebagai pertada akan datangnya bencana. Watini (40) salah satu warga mengatakan, fenomena alam ini terjadi saat hujan deras melanda wilayah barat Palas sekita pukul 15.30 WIB. Ketua RT 2 ini mengungkapkan, hujan es melanda seluruh wilayah Pematang Buluh, dan sebagian Dusun 7. “Kejadiannya sekitar pukul setengah empat sore tadi, Mas. Hujan es melanda wilayah pemukiman Pematang Buluh dan sebagian wilayah Dusun 7,” kata Watini kepada Radar Lamsel. Menurut Watini, fenomena hujan es tersebut baru pertamakali terjadi di Desa Bali Agung. Tak ayal sebagian besar masyarakat merasa khawatir fenomena hujan es menjadi pertanda datangnya bencana.

“Es yang jatuh sebesar kelereng. Fenomena ini membuat masyarakat senang, mungkin aneh karena baru pertama melihat. Tapi kebanyakan warga merasa takut dan cemas hujan es menjadi pertanda datangnya bencana,” ungkap Watini.
Kepala Stasiun Meteorologi Radin Inten II Lampung, Kukuh Ribudiyanto menjelaskan, fenomena hujan es ini dipengaruhi oleh siklon tropis Ellie yang memicu uap air tertarik ke arah timur. Bergesernya uap air ke arah timur ini menyebabkan wilayah Jawa selama beberapa hari belakangan diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
“Akhir-akhir ini hujan deras sering terjadi di wilayah Jawa bahkan sampai menimbulkan banjir. Sementara di Sumatera yang seharusnya menjadi puncak musim hujan, namun hujan justru jarang turun karena uap air tertarik ke arah timur akibat adanya siklon tropis Ellie,” terang Kukuh.
Pada situasi ini cuaca di wilayah Sumatera menjadi terik dengan radiasi matahari yang cukup tinggi pada pagi hari. Ini memicu penguapan secara drastis sehingga membentuk awan cumulunimbus. Di wilayah garis ekuator awan cumulonimbus memiliki ketinggian lima kilometer hingga dua belas kilo meter yang memicu terjadinya fenomena alam hujan es.
“Di ketinggian lima kilometer saja suhunya sudah nol derajat, sementara ketinggian awan cumulunimbus ini bisa dua belas kilometer. Pada situasi ini juga akan terjadi angin kencang, hujan deras namun sebentar. Puncaknya, terjadi hujan es,” tutup Kukuh. (vid)  

Sumber: