Selama 20 Tahun Menabung, Mbah Ponirep Bisa Naik Haji
Kisah inspiratif ini datang dari Ponirep binti Kertosutomu, warga Desa Sidomulyo, Kecamatan Sidomulyo. Nenek yang sudah berumur 90 tahun ini adalah penjual daun pisang dan tempe bisa menunaikan ibadah haji. Bagaimana kisahnya? Laporan Veridial Ariyatama, SIDOMULYO RUMAH bertembok warna hijau nampak diujung gang sempit di Dusun Purwodadi, Desa Sidomulyo Kecamatan Sidomulyo. Ya, rumah sederhana yang sedap dipandang ini terlihat sejuk dari kejauhan. Dirumah itulah tinggal seorang wanita tua yang hendak pergi menunaikan ibadah haji di tanah suci hari ini. Wanita tua itu adalah Ponirep binti Kertosutomo yang sudah berusia 90 tahun. Ketika Radar Lamsel tiba dirumah itu, Senin pagi kemarin, sambutan hangat diberikan oleh Bangun (38) anak kandung Ponirep. “Cari siapa mas” tanya Bangun kepada wartawan. Seketika itu juga anak kandung nenek ini mempersilahkan tim Radar Lamsel untuk duduk. Sempat mengadakan perbincangan singkat, Bangun membenarkan jika ibunya akan menunaikan ibadah haji dengan biaya dari hasil penjualan daun pisang dan tempe selama 20 tahun. “Semua anggota keluarga tidak ada yang tahu jika ibu ingin berangkat haji,” ungkapnya. Dikatakannya, baru sepekan terakhir anggota keluarga disibukkan dengan mempersiapkan keberangkatan sang ibu. Dan selama dua puluh tahun itu sang nenek tidak pernah bercerita mengenai keinginannya pergi haji. “Semua anggota keluarga kaget, karena mbah Ponirem ingin berangkat haji. Kami kaget mas, soalnya dia tidak pernah bercerita sama sekali. Mbah diam-diam sudah sejak lama mempersiapkan tabungan haji tersebut dari hasil penjualan daun pisang dan tempe,” beber dia. Usai mengadakan perbincangan singkat, wartawan Radar Lamsel dipersilahkan untuk menemui Ponirem yang sedang asyik merapihkan daun pisang dibelakang rumahnya. Benar saja, senyuman tipis berselimut kebahagiaan nampak dari sosok wanita tua ini. Tubuh yang renta serta umur yang tidak muda, tak menyurutkan semangat Ponirep (90) sipenjual daun pisang dan tempe untuk menunaikan rukun Islam yang ke-5 yakni menunaikan ibadah haji. Meski sudah berumur hampir seratus tahun, sang nenek memiliki tekad yang bulat untuk berangkat haji dari hasil keringatnya berjualan daun pisang selama 20 tahun. Pendengaran yang agak terganggu sempat menyulitkan perbincangan antara wartawan dan mbah Ponirep sapaan akrabnya. Maklum, usia yang sudah 90 tahun menyebabkan pendengarannya sedikit berkurang. “Sudah sejak lama saya mendambakan bisa pergi berhaji, niat dan tekad saya sudah bulat. Berbekal tabungan pribadi akhirnya saya bisa menyempurnakan rukun Islam yang terakhir,” ujar Ponirep sembari merapihkan daun pisang dibelakang rumahnya. Diketahui, wanita kelahiran 1926 ini sudah puluhan tahun menjadi penjual daun pisang dan tempe diwilayah Sidomulyo. Kesehariannya menjajakan tempe dipasar Sidomulyo, sejak pagi hingga petang ia menggeluti usaha miliknya itu. “Setiap hasil penjualan saya sisihkan untuk tabungan haji,” ujarnya. Dijelaskannya, uang yang ditabungkan tidak menentu jumlahnya karena hasil penjualan daun pisang dan tempe berada di kisaran Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu saja. “Dari hasil itu perlahan akhirnya tabungan saya cukup untuk menunaikan ibadah haji,” ujar nenek ini sembari tersenyum. Lebih lanjut ibu yang memiliki empat orang anak ini hidup serumah bersama Bangun anaknya. Ponirep mengakui, jika ia memang tidak memberitahu perihal tabungan hajinya kepada siapapun. Karena ia tidak mau merepotkan banyak orang. “Yang penting niat dan tekad yang kuat, insyaallah dengan rizki yang diberikan oleh Nya, semua bisa terwujud,” tutur dia. Usai mengadakan perbincangan selama kurang lebih satu jam lamanya, Ponirep juga meminta do’a kepada semua yang mengenalnya agar perjalanan ke tanah suci berjalan lancar tanpa hambatan. “Aku pamit ya dek,” ujar nenek bercucu tujuh ini. Sementara itu Tumin (36) cucu dari Ponirep mengaku meneteskan air mata saat mengetahui neneknya itu hendak pergi berhaji. Pasalnya, kepada Tumin lah, ia menitipkan sejumlah tabungannya. Namun Tumin tidak mengetahui jika tabungan tersebut akan digunakan untuk berhaji. “Dia tidak pernah cerita, jika uang yang dititip ke saya bakal biaya naik haji. Uang itu dibalut plastik,” beber dia. Yang lebih mengharukan lagi, sambung Tumin, uang yang dibalut dengan plastik kresek tersebut sudah sangat lusuh dan hampir pudar gambarnya. “Karena sudah bertahun-tahun, uang itu hampir pudar mas,” ujar Tumin menitikan air mata. Pihak Bank, lanjut dia, sempat meragukan keaslian uang tersebut karena tampilan uang yang sudah lapuk dan pudar namun ketika dilakukan pengecekan pihak Bank percaya bahwa uang tersebut memang uang asli. Lebih lanjut Tumin mengatakan, Ponirep merupakan peserta haji tertua asal Lampung Selatan. Namun Tumin mengaku bangga atas apa yang ditunjukan neneknya tersebut. “Ketika melihat latihan manasik haji, nenek saya tidak terlihat seperti usia 90 tahun, dia berjalan tegak dan kuat. Beda halnya dengan usia yang dibawah nya. Ada yang masih berumur 70 tahun namun jalannya sudah bongkok,” ujar Tumin. Dengan niat dan usaha yang ditunjukan neneknya tersebut, seluruh keluarga terharu dan sempat tidak percaya atas semua ini. Mudah-mudahan ini bisa menjadi contoh, meski penghasilan tidak seberapa. Namun dengan tekat dan keinginan yang kuat semua jalan pasti terbuka. “Sampai sekarang saya belum percaya, saat menghantarkan latihan manasik haji, hanya kami peserta yang mengendarai sepeda motor mas, yang lainnya menggunakan mobil saat dihantar,” pungkasnya. (*)
Sumber: