Dari Pembuat Mebel, Beralih ke Souvenir dari Batok Kelapa
KALIANDA – Jiwa seni tidak semua orang memilikinya. Apalagi dijaman seperti sekarang ini sudah sangat susah untuk menemui seorang yang bisa memanfaatkan kreasi dari bahan baku, seperti batok kelapa. Bahrudin (45), warga Desa Gunungterang, Kecamatan Kalianda memanfaatkan batok kelapa yang digunakan untuk membuat souvenir. Pada awalnya, ide tersebut datang dari saran yang diberikan oleh temannya. \"Teman saya yang menyarankan untuk membuat souvenir berbahan batok kelapa,\" kata Burhanudin kepada Radar Lamsel saat ditemui dirumahnya, Rabu (5/10). Setelah mencoba dan bisa, lanjut Burhanudin, dirinya mencoba membuat karya lain dari batok seperti gelas, cobek, teko, nampan dan lain-lain. Hanya saja tidak setiap hari Burhanudin membuat souvenir, tergantung ada atau tidaknya pesanan. \"Kalau tidak ada, saya tidak dibuat. Begitu juga sebaliknya,\" tuturnya. Sebelumnya, Burhanudin adalah tukang mebel, pembuat pintu, kusen, lemari, kursi. Namun, pekerjaan itu tidak dilanjutkan. Selain itu kondisi fisik yang sudah melemah, penghasilan juga menjadi perhitungan. Lantaran penyakit paru-paru yang dideritanya, sehingga ia terpaksa berhenti dari pekerjaan yang sudah digeluti selama puluhan tahun. \"Jarang ada yang pesan, bisa bulanan, bahkan tahunan. Tidak ada pemasukan harian. Kalau terlalu lelah, penyakit saya sering kambuh. Saya pikir, pekerjaan saya sekarang lebih ringan dari sebelumnya. Itulah sebabnya mengapa sekarang saya beralih menjadi pembuat souvenir dari batok kelapa,\" terangnya. Saat Radar Lamsel melihat Burhanudin bekerja, sangat mencemaskan. Melihat dia membentuk potongan demi potongan untuk membuat sebuah souvenir, satu kesalahan bisa berakibat fatal. Burhanudin mengaku, sudah 3 bulan menekuni usaha barunya tersebut, namun souvenir yang dibuatnya susah laku. \"Saya titip 4 sampai 5 barang diwarung-warung sembako di desa, itu juga sulit lakunya. Pendapatan perminggu 100 ribu, bahkan pernah 50 ribu,\" katanya. Menurut Burhanudin, dirinya belum mendapat modal darimanapun, saat ini dia hanya mengandalkan modal dari hasil berjualan souvenir miliknya. Dengan melihat kreatifitas Burhanudin, tentunya akan sangat disayangkan apabila kesenian seperti ini tidak dikembangkan. (rnd)
Sumber: