Lamsel Miliki Wisata Tracking Mangrove
![Lamsel Miliki Wisata Tracking Mangrove](https://radarlamsel.disway.id/uploads/12-November-Foto-10-110x96.jpg)
KATIBUNG – Pengelolaan hutan mangrove di Dusun Sebalang, Desa Tarahan, Kecamatan Katibung saat ini kembali menambah varian wisata yang ada di Lamsel. Sebelum dikelola oleh masyarakat desa, hutan mangrove seluas 5 hektar yang berdiri diatas tanah negara itu tidak terurus. Tak jarang pohon mangrove yang tanpa pengawasan itu sering ditebangi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kepala Desa Tarahan Junaidi mengatakan, sebelum dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tarahan Berkarya, hutan mangrove itu terbengkalai. “Dulu sering pohon mangrove kami temukan mati ditebangi, tapi saat ini bekerjasama dengan PLN Sebalang kami akan membuka wisata tracking mangrove,” ujarnya kepada Radar Lamsel, Minggu (12/11) kemarin. Junaidi melanjutkan, Corporate Social Responsibility (CSR) dari PLN dimanfaatkan oleh BUMDes untuk dikelola dibidang pariwisata, sehingga CSR yang digelotorkan dapat bermanfaat dan ikut mensejahterakan warga Tarahan. “CSR yang diberi PLN kami manfaatkan untuk mengubah hutan mangrove menjadi kawasan wisata dengan pengelolaan yang dilakukan oleh BUMDes,” ucapnya. Orang nomor satu di Desa Tarahan ini berharap gebrakan baru ini mendapatkan dukungan dari Pemkab Lamsel, utamanya Dinas Pariwisata. Sebab, kata dia, di Lamsel wisata mangrove masih terbilang jarang. “Harapan kami, Dinas Pariwisata memberikan dukungan, bimbingan serta masukan agar pertumbuhan wisata di Kecamatan Katibung ini bisa tumbuh pesat,” katanya lagi. Dijelaskannya, ide pengelolaan mangrove menjadi kawasan wisata bermula dari study banding aparat desa ke Kulon Progo. Dari sana diputuskan untuk mengelola mangrove yang ada di Desa Tarahan. “Potensinya ada, apalagi hutan mangrove disini termasuk hutan tua, ukuran mangrove-nya sudah cukup besar,” imbuhnya. Meski belum sepenuhnya rampung tracking mangrove itu menyediakan beberapa spot menarik. Diantaranya, pendopo untuk kumpul keluarga, rumah pohon, bangunan menyerupai kapal kuno untuk yang hobi selfie, tempat sampah dan lahan parkir yang aman untuk kendaraan pengunjung. “Soal harga tiket masuk belum kami tetapkan, akan kami rapatkan terlebih dahulu. Yang jelas tiket masuk berada di kisaran 5 ribu – 10 ribu rupiah,” terang Junaidi. Sebelumnya, Asiten Bidang Ekobang Ir. Mulyadi Saleh sempat mengunjungi hutan wisata pada Jum’at (10/11). Dikatakannya, pengelolaan semacam ini patut dicontoh bagi desa-desa yang memiliki potensi wisata namun belum dikelola dengan baik. “Pertumbuhan ekonomi warga juga ikut terdorong dengan adanya pariwisata. Apalagi tracking mangrove tergolong wisata baru di Lamsel tentu akan menyedot banyak pengunjung bila dikelola secara baik,” terangnya. Sementara tokoh masyarakat adat Katibung Zainal mengatakan, langkah pemerintah desa untuk mengelola hutan mangrove menjadi destinasi wisata baru sudah benar. “Patut di apresiasi, ini juga bisa menjadi contoh bagi desa lain yang saat ini memiliki poyensi wisata yang belum terkelola,” tandasnya. (ver)
Sumber: