Zainudin Kritik Keras Kriteria Penilaian Lomba Desa
KALIANDA - Bupati Lampung Selatan H. Zainudin Hasan memberikan kritik keras terhadap kriteria penilaia lomba desa yang telah berlangsung selama ini. Menurutnya, lomba desa hanyalah seremoni belaka yangtidak memiliki dampak dan pengaruh bagi pembangunan desa. Penegasan itu disampaikan Zainudin dalam rapat koordinasi (Rakor) bulanan Pemkab Lamsel di Aula Krakatau, Kantor Bupati Lamsel, Selasa (27/3) kemarin. “Selama saya menjabat bupati belum pernah kabupaten Lamsel mendapatkan juara dalam setiap penilaian lomba desa. Padahal persiapan yang sudah dilakukan setiap mengikuti lomba desa tidak salah-salah, dibuat semeriah mungkin dan spektakuler. Tapi hasilnya apa, tetap saja kalah,” ujar Zainudin. Karena itu, Zainudin mengingatkan seluruh camat, jika masih ingin mengikuti penilaian lomba desa ditahun-tahun mendatang agar persiapan seadanya saja, tidak bermewah-mewahan dan direkayasa. “Bila perlu cari desa yang paling terpencil yang kawasannya terlihat kumuh dan jelek, biar dinilai apa adanya saja. Tidak usahlah menunjuk desa yang sudah bagus untuk dilakukan penilaian. Lagian kalaupun menang hasilnya juga hanya mendapatkan selembar kertas, bahkan yang datangpun paling hanya sekelas Kabid bukan Gubernur,” ucapnya. Zainudin pun menganggap, pelaksanaan lomba desa selama ini hanya digelar secara signifikan dan tidak ada dampak dan pengaruhnya buat kemajuan pembangunan di Kabupaten Lampung Selatan. Dia mencontohkan, jika meraih juara semestinya mendapatkan hadiah berupa anggaran yang lumayan besar yang gunanya untuk mendukung pembangunan di desa yang dilakukan penilaian. “Saya mau bertanya kepada semua camat dan satker-satker yang terlibat dalam pelaksanaan lomba desa, apakah selama ini yang mendapatkan juara satu mendapatkan anggaran buat pembangunan?, saya yakin belum ada desa yang mendapatkan hadiah seperti itu. Jadi sudahlah, untuk mengikuti lomba desa yang akan datang majukan saja desa yang paling jelek kondisi wilayahnya, tidak usah memunculkan desa yang memang sudah bagus dan maju. Kalau tim penilai bertanya dan marah-marah karena disajikan objek penilaian yang seadanya, bilang saja tidak dibolehkan pak bupati,” ungkapnya. Selama ini, lanjut Zainudin, pemerintah daerah khususnya pihak kecamatan telah berupaya untuk menampilkan desa yang terbaik untuk dilakukan penilaian. “Kita bukannya tidak mau menghargai orang, tapi kalau memang tidak ada manfaatnya untuk kemajuan, ya tampilkan saja seadanya tanpa harus direkayasa. Baik itu kondisi wilayah desanya maupun jenis-jenis makanan yang disajikan, bila perlu sajikan saja pisang rebus,” pungkasnya. (iwn)
Sumber: