Ditegur, PT. SMAL Pastikan Daya Ledak Standar
PENENGAHAN – Pemerintah Kecamatan Penengahan telah melakukan cara persuasif untuk mengatasi polemik antara warga Dusun Buring, Desa Sukabaru dengan PT. SMAL. Camat Penengahan M. Yusuf, S.STP mengatakan, pihaknya sudah memberi peringatan dan meminta pihak perusahaan untuk tidak menggunakan daya ledak berkekuatan besar. “Sudah saya hubungi, dan mereka menyatakan siap,” katanya. Jika peringatan yang diberikan tak diindahkan, Yusuf mengancam akan melaporkan perusahaan pertambangan batu itu kepada Pemkab Lamsel. “Bisa jadi nanti dari pihak Pemkab yang memberikan konsekuensi, mungkin akan membekukan izin,” jelasnya. Dikonfirmasi terpisah, Humas PT. SMAL Pardi menampik jika daya ledak yang digunakan oleh perusahaannya masih terbilang besar. Menurut dia, daya ledak yang digunakan terbilang normal. “Udah standar, saya usahakan tidak besar dayanya. Bahkan saya sudah tempatkan anak buah saya disitu untuk memastikan apakah ledakannya besar atau tidak. Nyatanya tidak, kayak suara mercon, enggak gede kok,” singkatnya. Kabid Pengawasan DPMP2TSP Lamsel Heri mengatakan pihaknya bakal segera melakukan pertemuan bersama tim untuk menyikapi polemik tersebut. “Segera kami jadwalkan turun ke lapangan. Karena soal blasting, harus tim semuanya turun melihat kondisinya,” imbuhnya. Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lamsel Thamrin, S.Sos., mengungkapkan, izin pengeboman perusahaan pertambangan saat ini menjadi kewenangan Provinsi Lampung. \"Nanti tim yang akan cek kondisi di lapangan. Karena ini menyangkut kenyamanan warga kita,” tukasnya. Sebelumnya, polemik antara warga Dusun Buring, Desa Sukabaru dengan PT. SMAL terus berlanjut. Warga masih menyayangkan aktivitas peledakan yang dinilai sangat mengganggu dan meresahkan. Menurut keterangan warga setempat, aktivitas peledakan yang dilakukan perusahaan pertambangan itu masih sangat terasa. Padahal sebelum ada PT. SMAL, warga mengaku sangat tenang dan aman-aman saja. “Kurang lebih setahun belakangan ini kami merasakan ledakan, seperti makanan sehari-hari. Sampai beraktivitas pun kami tak nyaman,” kata Susmiati. (rnd)
Sumber: