Problem Elpiji 3 Kg Makin Kompleks

Problem Elpiji 3 Kg Makin Kompleks

Opsi Pembahasan Tapi Belum Pecahkan Solusi

KALIANDA – Pembahasan kelangkaan gas elpiji 3kilogram oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan Pertamina wilayah Lampung menghasilkan beberapa opsi. Meski begitu, belum ada solusi yang mampu membongkar akar permasalahan atas langkanya tabung berwarna hijau tersebut. Sales Executive Pertamina wilayah Lampung Widhi Tri Adhi Hidayat mengatakan, di Lampung Selatan tercatat sudah 14 titik digelar Operasi Pasar (OP) atas kelangkaan yang terjadi sejak sebulan terakhir. “ 14 titik sudah dilaksanakan OP tetapi OP dianggap tidak mengentaskan persoalan karena sifatnya hanya sementara. Padahal kuota di Lamsel berada diperingkat kedua setelah Bandar Lampung namun memang kompleksitas jadi penyebabnya,” kata dia kepada Radar Lamsel, di Pemkab Lamsel, Kamis (30/8) kemarin. Widhi begitu sapaannya, tak membantah ada beberapa indikator penyebab kelangkaan tersebut. Antara lain, masih banyaknya pengguna elpiji 3kg dari kalangan masyarakat menengah. Belum lagi faktor musim kemarau yang menyeret petani menggunakan elpiji 3kilogram karena dianggap penghematan. “ Hingga saat ini memang belum ada aturan hukum yang melarang petani menggunakan gas elpiji untuk bahan bakar. Terpelas dari itu solusinya Pemda mesti mendorong pengajuan subsidi khusus ke Kementerian Pertanian agar dalih petani tak lagi dijadikan sebagai alasan,” kata Widhi. Masih kata Widhi dari sekian kabupaten, Lamsel menjadi kabupaten yang paling militan sejauh ini dalam pencarian solusi atas kelangkaan elpiji 3kilogram. “ Pertemuan ini memang tidak memecahkan persoalan akan tetapi akan kami jadikan bahan evaluasi sebab Pertamina dalam hal ini bukan lagi sebagai kontributor penuh,” ungkapnya. Menanggapi itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamsel Qorinilwan Nitijaman menjelaskan perlu ada penegakan hukum atas indikasi penyalahgunaan elpiji 3kilogram. Tetapi hal itu tidaklah mudah. “ Solusi pertamanya adalah penindakan atas oknum dibawah naungan Hiswana Migas atau Pertamina yang menyuplai elpiji 3kh ke rumah makan besar misalnya. Mesti sudah digemborkan untuk memberikan efek jera,” sebut dia. Mengapa demikian? Sebab, pergeseran  terhadap penggunaan gas elpiji 3kg oleh petani di Lamsel memang berpengaruh tapi dirasa tidak begitu signifikan. Dilanjutkan apabila mengacu pada jumlah penduduk di kabupaten ini, normalnya setiap keluarga sedikitnya menggunakan dua tabung elpiji dalam satu bulan pemakaian. Hal senada dikatakan Asisten Ekobang Lamsel Ir. Mulyadi Shaleh, ia menuturkan meski Lamsel punya 16 agen, 400 pangkalan dan empat pengisian elpiji. Namun hal itu belum cukup untuk membebaskan Lamsel dari kelangkaan. “ Dibilang aneh, karena mengacu data yang dipaparkan seharusnya tidak terjadi kelangkaan di Lamsel. Tetapi paling tidak pertemuan ini menghasilkan poin yakni upaya pengjuan ke Kementan agar ada subsisi khusus petani,” imbuhnya. Sedangkan, Kepala Hiswana Migas Lampung Adhi Chandra mengatakan pihaknya akab berkolaborasi dengan Pemkab untuk kembali membuka agen-agen elpiji diseputaran Kalianda. Pasalnya kemampuan pangkalan menyerap daya beli masih cukup tinggi. “ Per minggu seratus tabung itu sudah pasti, solusi sementara kami akan membuka agen di wilayah Kalianda dan sekitarnya. Mengingat akhir tahun mendatang diprediksi pertamina bakal meningkatkan kuota untuk menghadapi Natal dan Tahun baru,” tandasnya. Pantauan Radar Lamsel, pembahasan itu diikuti oleh Disperindag Lamsel, BPRD, DTPHP, Kabag Perekonomian, pihak Pertamina wilayah Lampung, Hiswana Migas serta dari pihak kepolisan. (ver)

Sumber: