OP Elpiji Abnormal, Ada Pergeseran Kuota
Nanang: Agen Nakal, Blacklist Izin Usahanya
KALIANDA – Kelangkaan gas elpiji tiga kilogram masih menghantui Lampung Selatan. Operasi Pasar (OP) yang digelar pada 50 titik dianggap sudah abnormal oleh sebagian kalangan. Plt. Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto mengatakan, Hiswanamigas, Pertamina dan Satgas mesti mengevaluasi kembali penyebab kelangkaan yang terparah di kabupaten ini. “Pihak terkait harus tegas dalam memberikan sanksi kepada agen atau pangkalan elpiji yang terindikasi melanggar. Bila perlu dibekukan izin usahanya dan di blacklist agar memberi efek jera,” kata Nanang saat audiensi bersama Hiswana Migas dan agen elpiji di ruang kerjanya, Jum’at (14/9) pekan lalu. Ia menilai, kelangkaan dan mahalnya gas tabung melon tersebut, merupakan masalah yang terjadi setiap tahunnya. Akan tetapi, baru pada tahun ini saja permasalahan tersebut semakin menjadi. “Jadi harus ada evaluasi dan efek jera untuk agen atau pangkalan yang nakal, bila perlu cabut saja izinya. Sebab, tugas kita tidak untuk ini terus. Sebenarnya masyarakat ini tidak ribut kalau barangnya ada. Jadi saya minta, kuota Lamsel juga bisa ditambah,” lanjut Nanang. Nanang yang sempat inspeksi mendadak dibeberapa titik menuturkan sempat menemukan harga Rp 30 ribu per tabung. Artinya sebut dia, kemungkinan ada pangkalan atau agen yang bermain. Disisi lain mantan anggota DPRD Lamsel itu menyarankan Disperindag mesti sudah mengambil ancang-ancang sebagai antisipasi kelangkaan. “ Saya rasa sudah tak masuk akal, sudah barang mahal dan sulit didapat. Maka kami minta Disperindag bekerjasama dengan Hiswanamigas atau Pertamina untuk menyediakan penampungan elpiji 3kilogram. Bila perlu Dekranasda itu dijadikan pangkalan,\" Tegas Nanang. Ketua Hiswanamigas Provinsi Lampung, Adi Chandra tak menampik anggapan orang nomor satu di Lamsel itu. Kelangkaan elpiji 3kilogram tersebut tidak hanya terjadi di wilayah Lamsel saja, tetapi terjadi disetiap daerah di Lampung. Indikasi pergeseran kuota tiap-tiap daerah kata dia sangat mungkin terjadi. “ Pergeseran kuota antar daerah kerap terjadi. Ini yang sedang kami bahas ditingkat provinsi. Ironisnya, Lamsel yang notabene berbatasan dengan laut justru menjadi bulan-bulanan kelangkaan elpiji. Sebab tak mungkin jatah elpiji dioper dari seberang (pulau jawa ‘red),” sebut Adi. Adi menjelaskan, saat ini produksi gas untuk Lampung Selatan berjumlah 21,8 juta kilogram. Tahun depan akan diajukan penambahan 2 sampai 3 juta kilo khusus dialokasikan dibidang pertanian. Jadi, terusnya, total pengajuan tahun depan sekitar 24 juta kilo. “ Dari 21,8 juta kilo itu jumlah tersebut tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakata di Lamsel, karena dari data penduduk terdapat sekitar 260 ribu masyarakat miskin, kekhawatiran kami justru berada dipenghujung tahun,” sebut dia. Masih kata Adi, hingga September ini Operasi Pasar yang digelar sudah menyasar 50 titik di Lamsel. Itu merupakan jumlah yang sudah abnormal alias tidak biasa. Pasalnya standar OP paling banyak, kata dia, hanya sebatas empat kali OP. “ Disini, 50 kali OP masih belum menuntaskan persoalan. Didaerah lain itu hanya empat kali OP selesai,” ungkapnya. Kepala Dinas Perindag Lamsel, Qorinilwan Nitijaman meminta agar pihak terkait melakukan kontrol terhadap pangkalan yang akan menyalurkan elpiji 3 kilogram tersebut. \"Jika pangkalan menyalurkan dengan benar makan tidak akan terjadi kelangkaan. Memperbaiki mekanisme kontrol, dan ada laporan bulanan dari masing-masing agen,\" tandasnya. Hal senada dikatakan Asisten Ekobang Mulyadi Saleh, belajar dari kelangkaan tersebut ancang-ancang serta strategi lainnya mesti disiapkan agar hel serupa tidak terjadi terus menerus. “ Saya setuju dengan pemikiran Bupati, benahi dulu dari dalam baik dari Hiswanamigas atau agen, soal penyalurannya. Jangan sampai kuota Lamsel yang sudah cukup banyak justru keluar dari Lamsel atau sebaliknya,” tambahnya. (ver)Sumber: