Kekeringan, 20 Hektar Tanaman Padi Gagal Panen
PENENGAHAN – Belasan petani padi di Desa Tetaan, Kecamatan Penengahan terancam tak bisa menikmati hasil gadunya. Ini setelah puluhan hektar tanaman padi di desa setempat terancam puso karena dilanda kekeringan. Lokasi tanaman padi yang terancam puso itu terletak di dusun 5, Desa Tetaan. Sekitar 20 hektar tanaman padi yang digarap sebanyak 12 petani itu dipastikan gagal panen akibat kemarau panjang. Informasinya, kekeringan sudah melanda sejak tanaman padi baru berusia 40 hari. Haitami (60) petani setempat mengaku frustasi dengan kondisi tanaman padi yang tak bisa dipanen. Pasalnya, hal ini membuat petani terpaksa harus mundur dan menunggu musim tanam berikutnya. “Sekarang ini sudah umur 90 hari, seharusnya sebentar lagi panen. Tapi baru umur 40 hari sudah mengalami kekeringan, ya terpaksa gagal,” katanya kepada Radar Lamsel, Sabtu (23/9) lalu. Menurut dia, minimnya suplai menjadi penyebab utamanya. Haitami mengatakan jauhnya lokasi mata air dari lokasi tanaman juga menjadi pemicu karena tak bisa diakses oleh petani untuk melakukan penyiraman. “Mata air di sini sudah tidak ada. Sementara mau pakai alat sedot air (alkon) juga sulit dan tidak memungkinkan, karena jarak tanaman dari sumber air sangat jauh,” katanya. Hasaroni (48) petani lainnya, yang mengatakan cuaca kemarau memang selalu menjadi momok menakutkan bagi para petani. Sebab, setiap musim kemarau berlangsung pasti ada saja tanaman padi Desa Tetaan gagal panen. “Waktu gadu begini, waktu gadu begini. Tiap kemarau rutin pasti kekeringan, hancur enggak balik modal sekali,” katanya. Disinggung soal minimnya aliran dari mata air menjadi pemicunya, Hasaroni pun membenarkannya. Untuk menuntaskan persoalan ini, dia meminta dinas dan instansi terkait agar membuat sumur bor demi kepentingan petani setempat. “Ya, kalau mau kami diberi bantuan, misal dibuatkan sumur bor. Karena kalau begini terus, kami selalu kerugian, kalau rugi makan apa kami,” katanya. Kepala Desa Tetaan Baheram mengatakan persoalan yang dialami oleh petani di desanya itu merupakan masalah rutin setiap tahun. Ia juga membenarkan minimnya pasokan air menjadi pemicu utamanya. “Setiap kemarau kondisinya memang begini, tapi ya mau bagaimana lagi. Harapan petani ya bantuan, karena sumur bor itulah yang bisa membantu mereka disaat kondisi kemarau seperti ini,” katanya. (rnd)
Sumber: