Melawan Mitos Ikan Gabus, Berendam Ditemani Langit Jingga dan Kesejukan Alam

Melawan Mitos Ikan Gabus, Berendam Ditemani Langit Jingga dan Kesejukan Alam

Sensasi Berendam Malam Hari di Waybelerang Water Hot Spring

Ada banyak manfaat berendam air panas. Apalagi kalau aktivitas itu dilakukan pada malam hari ditengah-tengah alam yang sejuk seperti dilokasi Pemandian Air Panas Waybelerang, Kalianda. Seperti apa? Laporan EDWIN APRIANDI, KALIANDA MATAHARI sudah tergelincir diufuk barat, Minggu (3/2/2019). Serombongan burung terbang menuju sarang ke atas gunung. Disisi lain, warga dusun Belerang bergegas rapi menuju masjid. Sementara para pedagang sibuk beberes menutup warung. Sejumlah pengunjung juga nampak buru-buru pulang meninggalkan lokasi pemandian yang berada di Dusun Belerang, Desa Buahberak, Kecamatan Kalianda itu. Tapi, sebagian pengunjung lainnya malah baru datang dari penjuru kota. Bahkan, ada juga pengunjung yang datang dari puncak Gunung Rajabasa. Mereka adalah para pemuda dan pemudi pencinta alam yang baru saja menaklukkan ketinggian gunung setinggi 1.281 meter diatas permukaan laut (mdpl), itu. Ya, belakangan ini warga Kota Kalianda mulai digandrungi aktivitas berendam di pemandian Waybelerang pada malam hari. Biasanya aktivitas berendam itu dilakukan pada pagi atau sore hari. Penambahan fasilitas di objek wisata milik Pemkab Lampung Selatan itu mungkin menjadi salah satu pemicu banyaknya warga melakukan aktivitas berendam dimalam hari. Pemandian air panas (water hot spring) yang berada di kaki gunung Rajabasa itu, saat ini memang sudah banyak berubah. Terlebih setelah Pemkab Lamsel menggelontorkan anggaran sebesar Rp 1,6 Miliar pada tahun 2018 untuk melakukan rehabilitasi objek wisata plat merah yang menjadi sumber pendapatan daerah tersebut. Yang paling menonjol adalah fasilitas kamar bilas dan bangunan utamanya. Termasuk pemasangan tiga unit lampu LED (light emmiting diode) di masing-masing kolam renang sebagai penerangan. Fasilitas penerangan ini-lah berkemungkinan menjadi alasan warga kota ramai-ramai berendam pada malam hari di Waybelerang. “Iya. Sudah seperti tempat pemandian air panas di Sariater, Bandung,” kata Senditira, warga Kota Kalianda.  Menurutnya, aktivitas berendam malam hari di Waybelerang bukan kali pertama itu saja ia lakukan. Sebelum adanya fasilitas tambahan seperti lampu LED, ia kerap berendam. “Biasanya cahaya bulan yang menjadi penerangnya atau menggunakan lampu handphone. Sekarang ini sudah bagus-lah, sudah ada lampu,” ungkapnya. Bagi Senditira, berendam malam hari di Waybelerang memiliki sensasi tersendiri. Selain dapat merelaksasi tubuh karena capek bekerja seharian, berendam air hangat dimalam hari juga memberikan efek ketenangan. Sebab, lokasi pemandian Waybelerang dikelilingi pepohonan hijau yang rindang nan menyejukkan. “Bagi saya ini merupakan kepuasan tersendiri. Bisa mendatangkan banyak inspirasi dan gagasan,” katanya. Senada dengan Senditira. Rahmat, seorang pencinta alam yang baru saja mendaki Gunung Rajabasa juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut dia, aktivitas berendam di Waybelerang kerap ia lakukan bersama teman-temannya sepulang dari pendakian di Gunung Rajabasa. “Manfaatnya bisa mengendurkan otot-otot kaki yang tegang karena mendaki gunung, mas. Lagi-lagi alam-lah yang memberikan resepnya kepada kita,” ujar Rahmat. Senditira, Rahmat dan belasan pengunjung lainnya nampak asik berendam menikmati air panas yang keluar dari perut bumi. Kala itu mereka sedang beruntung. Sebab, alam menyuguhkan pemandangan langit yang sangat indah. Berwarna jingga kemerah-merahan. Belum lagi ditambah kesejukan udara lingkungan yang  memang masih asri. Termasuk suguhan segarnya air kelapa hijau yang memang dijajakan kepada siapa saja yang datang ke lokasi. Juga menikmati keberkahan kandungan belerang (sulfur) yang bercampur air panas. Sebab, selain dapat merelaksasi tubuh, sulfur juga dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit kulit dan gatal. Setali tiga uang, Direktur Radio Dimensi Baru Kalianda FM, Rudi Suhaimi juga datang ke lokasi, lantas ikut nimbrung berendam. Rupanya, belakangan ini ia juga kerap berendam. Bahkan tokoh seniman dan penulis buku ‘Pertarungan 5 Jam di Kota Kalianda’ itu memiliki misi tersendiri. Ia mengaku prihatin dengan adanya cerita mitos yang melekat dengan pemandian Waybelerang. Yaitu mitos ikan gabus yang kerap menghantui publik. “Nggak ada-lah itu (mitos ikan gabus’red). Mana ada ikan gabus hidup  di air belerang?,” tanya Rudi Suhaimi menguak logika. Ia berharap publik tidak begitu saja mencerna cerita-cerita lampau yang kadang kala digunakan para orang tua untuk menakut-nakuti anaknya. “Sekarang ini jaman sudah modern. Fasilitas di Waybelerang juga sudah lengkap. Dari pada jauh-jauh mandi Spa buatan di Bandarlampung, ya lebih baik di Belerang,” ajak Rudi Suhaimi. Ajakan mantan Kabiro Lampung Post di Lampung Selatan itu cukup beralasan. Selain kocek yang dikeluarkan cukup murah, dengan datang ke Waybelerang masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan. “Tiketnya cuma Rp 10 Ribu. Sudah ikut menyumbang untuk pembangunan daerah dan membumikan objek wisata yang kita miliki,” pungkasnya. Terlepas dari apa yang diungkapkan Rudi Suhaimi, Waybelerang kini memang sangat refresentatif. Lokasi yang berjarak sekitar 4,3 KM dari pusat pemerintahan Kabupaten Lampung Selatan itu sangat asyik untuk berendam. Baik di waktu pagi, sore maupun malam hari. Apalagi, dengan tarif sebesar Rp 10 ribu per orang dinilai sangat murah bagi siapa saja yang ingin berkunjung ke objek wisata kebanggaan warga Lampung Selatan itu. (*)

Sumber: