OPT Serang Ratusan Hektar Sawah di 4 Desa

OPT Serang Ratusan Hektar Sawah di 4 Desa

WAY PANJI – Ratusan hektar lahan pertanian di empat desa diserang hama. Yakni Desa Sidoharjo dan Sidomakmur Kecamatan Waypanji serta Desa Agom dan Sukatani Kecamatan Kalianda. Serangan hama mengancam tanaman padi gagal panen. Parahnya serangan organisme pengganggu tananam (OPT) terhadap sawah tak hanya satu jenis. Mulai dari jamur, hama, wereng sundep, ulat hijau, ulat batik dan keresek menyerang. Serangan OPT ini menyerang padi yang berumur 30 – 70 hari. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, ratusan sawah itu dimiliki 15 kelompok tani. Serangan itu menyebabkan daun berwarna merah, padi kerdil, pupus daun langsung kebatang padi, akar layu dan kemudian mati. Karena hal tersebut petani merugi dan sebagian yang masih bertahan terus melakukan penyemprotan cairan hama. Ketua Kelompok Tani (Poktan) Karya makmur II Maryanto (50) warga Dusun III Kebumen Desa Sidomakmur mengatakan, 20 hektar potensi hamparan lahan sawah miliknya dan anggotanya, rata-rata umur pertanaman padi 50 hari banyak yang mati. Karena terserang OPT jamur, wereng dan sundep. “20 hektar potensi hamparan lahan sawah padi milik anggotanya termasuk ¾ hektar milik saya, banyak yang mati karena terserang hama,” kata Maryanto. Menurut Maryanto, serangan itu memungkinkan gagal panen. Sebab, petani telah melihat dampaknya. Walupun tanaman padi bisa bertahan, namun kondisi padi tidak normal. “Jika tidak mati, akan berpengaruh pada buah,” ujarnya. Kademin (49) anggota Poktan Margo Rahayu petani warga Desa Taman Agung Kecamatan Kalianda, yang memiliki dua hektar lahan sawah di Desa Sukatani mengatakan,penyebaran OPT di pertanaman padi sawahnya sangat cepat. Dirinya mengaku sudah kewalahan menghadapi serangan OPT tersebut. “Dalam waktu 5 hari serangan OPT bisa merata. Sudah lima hari ini saya terus melakukan penyemprotan cairan pembasmi hama pagi dan sore, namun masih belum ada perobahan,” ujar Kademin. Dia berharap dapat perhatian dari pemerintah. Setidaknya tim pemberantas hama dapat diterjunkan. “Kami sudah kewalahan. Kami membutuhkan solusi,” ungkapnya. (CW2)

Sumber: