KWT, Penjaga Ketahanan Pangan kala Pandemi
SRAGI – Bertani memang harus menjadi life skill yang harus dimiliki oleh semua masyarakat. Keterampilan bertani sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Terlebih pada saat pandemi Covid-19 saat ini. Itu yang memotivasi Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari I, Desa Sumber Sari, Kecamatan Sragi yang terus menguatkan pemanfaatan pekarangan rumah sebagai lahan bertani masyarakat. Ketua KWT Mekar Sari I Baniah mengatakan, selama satu dua tahun terakhir pihaknya terus mengasah keterampilan bertani ibu rumah tangga Desa Mekar Sari. Dengan memanfaatkan pekarangan rumah untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. “Sejak terbentuknya KWT ini, kami perlahan-lahan membentuk keterampilan bertani kepada ibu rumah tangga. Tak perlu di lahan yang luas, tapi dengan memanfaatkan pekarangan rumah saja sudah cukup,”ujar Baniah memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Rabu (16/9). Baniah menuturkan, keterampilan bertani ini memang sepatutnya dimiliki oleh semua masyarakat. Terlebih pada saat pandemi ini, kebun di pekarang rumah akan sangat membantu untuk menyokong kebutuhan gizi dan pangan keluarga. “Pekarangan rumah kita manfaatkan menjadi kebun bermacam sayuran, mulai dari caisim, selada, hingga kacang-kacangan. Ini akan sangat membantu kebutuhan gizi serta pangan keluarga apalagi sedang ada pandemi Covid-19 saat ini,” terangnya. Sementara itu Sekretaris Desa Sumber Sari, Iwan Kuswara mengungkapkan, saat ini di desanya sudah terbentuk dua kelompok wanita tani yaitu, KWT Mekar Sari I dan Mekar Sari II dengan keseluruhan anggota 60 orang. Kegiatan bertani ibu rumah tangga yang memanfaatkan pekarangan rumah itu juga telah didukung dengan kebun demplot yang menyediakan beragam bibit sayuran. “KWT ini juga sebagai kader untuk menjaga ketahanan pangan keluarga di Desa Sumbersari. Pemanfaatan pekarangan rumah sebagai kebun keluarga ini perlahan-lahan mulai diterapkan oleh semua mayarakat,” ungkap. Tidak hanya itu saja, KWT juga mulai mengolah singkon untuk dijadikan tiwul atau beras analog sebagai upaya untuk menjaga ketahana pangan jika terjadi wabah hama di sektor pertanian. “Takhanya menanam sayur untuk pemenuhan gizi saja, KWT juga mulai mengolah singkong untuk dijadikan tiwul atau beras analog untuk menjaga kebutuhan pangan. Harapan kami KWT ini akan menjadi penjaga ketahanan pangan disaat pandemi Covid-19,” pungkasnya. (vid)
Sumber: