Keruk Rupiah dari Miniatur Truk

Keruk Rupiah dari Miniatur Truk

TANJUNG BINTANG - Merasa tak cocok dengan pekerjaan sebelumnya, Yopi (19), remaja asal Desa Sukanegara, Kecamatan Tanjung Bintang beralih menjadi pengrajin miniatur truk. Satu miniatur truk karyanya bisa dihargai hingga ratusan ribu per unit.   Anak bungsu dari empat bersaudara itu merupakan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bina Latih Karya (BLK) di Sukarame, Bandar Lampung, dengan jurusan Tehnik Komputer dan Jaringan (TKJ) tahun 2020.   Saat lulus sekolah, berselang beberapa bulan kemudian Yopi mencoba melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Bigland, merupakan satu-satunya perusahaan yang menerima lamarannya.   \"Tahun 2020, kalau kata orang lulusan corona. Beberapa bulan kemudian melamar pekerjaan, karena di Bigland nggak cocok, saya mengundurkan diri,\" ucap Yopi kepada Radar Lamsel di kediamannya.   Dirinya memperoleh ilmu membuat miniatur truk dari kerabat dekat ayahnya yang kala itu kebetulan bertemu di Puskesmas Rawat Inap Tanjung Bintang. Saat ini, Yopi masih tetap mengembangkan bakatnya itu. Menurut dia, karyanya itu masih belum maksimal.   \"Diajarin sama saudara. Belum ada keinginan untuk ke mana-mana, masih mau fokus mendalami karyanya saya bagaimana caranya supaya lebih baik lagi. Sekarang ini masih belajar,\" ucapnya.   Satu buah miniatur truk dijual olehnya mulai dari harga Rp.110.000,- hingga Rp.130.000,- tergantung dari ukurannya. Sementara, dalam membuat satu buah miniatur truk bisa memakan waktu hingga tiga hari.   \"Kalau harga grosiran Rp. 80.000. Semalam yang sudah jadi sudah diambil semua sama distributor yang ada di Tanjung Bintang, ada sekitar 19 miniatur truck,\" pungkasnya.   Di sisi lain, Parman (52), ayah Yopi, begitu bangga terhadap putra bungsunya itu. Selama jenjang pendidikannya, Yopi tak pernah mendapatkan masalah di sekolah. Tak hanya itu, Yopi merupakan anak yang taat beribadah.   \"Sudah terlihat, karena dari SD sampai SLTA tak pernah namanya orangtuanya dipanggil ke sekolah. Walaupun keadaannya sakit asal masih bisa berjalan pasti berangkat sekolah. Anaknya juga jarang bermain dan ibadahnya tekun,\" katanya.   Tidak berlanjut pendidikan ke perguruan tinggi memanglah keinginan dari Yopi sendiri. Meski begitu, ayahnya tetap mendukung Yopi agar hasil karyanya berupa miniatur truk itu bisa menjadi jauh lebih baik.   \"Memang anaknya yang pengen, karena sudah ini jalannya ya saya sebagai orang tua tetap mendukung. Yopi juga masih harus banyak belajar karena permintaan konsumen inikan macam-macam, jadi gimana caranya supaya karyanya menjadi lebih baik,\" ucapnya. (rif)    

Sumber: