Warga Krisis Kepercayaan, Darurat Keamanan

Warga Krisis Kepercayaan, Darurat Keamanan

Satu Kades dan Tujuh Orang Diamankan Polisi

  Candipuro – Kekecewaan masyarakat Candipuro atas maraknya aksi kriminal, mulai dari pembegalan  sepeda motor, bahkan perampokan toko yang tak mampu diatasi oleh pihak kepolisian setempat berujung dengan aksi anarkisme. Puncaknya, pada Selasa (19/5) ribuan warga kecamatan itu mendatangi Mapolsek Candipuro untuk menuntut agar pelaku pembegalan ditangkap. Tak mendapat tanggapan dari pihak kepolisian, pada pukul 23.00 WIB massa pun mebakaran fasilitas Mapolsek  Candipuro. Akibat aksi anarkisme itu, gedung utama yang tengah direnovasi dan kantor pelayanan terpadu Mapolsek Candipuro hangus dibakar pada malam itu. Satu sepeda motor Bhabin Kantibmas tak luput dari amukan warga. Kapolda Lampung Irjen Pol Hendro Sugianto mengatakan, aksi anarkisme masa berujung pembakaran fasilitas negara ini semestinya tak perlu dilakukan oleh masyarakat. Jika  aksi ini dilatarbelakangi dengan meningkatnya aski kriminal di wilayah Candipuro. Harusnya masyarakat harusnya masyarakat bisa menjalin komunikas kepada pihak kepolisian. “Semua masalah itu harusnya bisa diselesaikan dengan komunikasi yang baik dengan pihak kepolisian. Jangan merusak fasilitas negara, apapun masalahnya tidak boleh melakukan tindakan anarkis. Itu tidak akan menyelesaikan masalah,” ujar Hendro saat memantau langsung Mapolsek Candipuro, Rabu (19/5) kemarin. Dengan wilayah hukum yang luas, keamanan di Candipuro tak hanya menjadi tugas kepolisian saja. Menjaga keamanan harus menjadi tugas bersama, pihak kepolisian dan masyarakat. “Kalau hanya menuntut tugas polisi saja saya rasa itu tak mungkin. Wilayahnya luas dengan petugas polisi yang sedikit artinya harus ada kerjasama untuk menjaga keamanan,” terangnya. Hendro juga menjelaskan, kerusakan fasilitas  Mapolsek Candipuro ini juga akan segera diperbaiki agar pelayanan masyarakat tetap berjalan.  Begitu juga dengan kinerja kepolisian akan diperbaiki. “Akan segera kita perbaiki fasilitas yang rusak segera diperbaiki. Kalau masalahnya di kenerja akan saya perbaiki,” terangnya. Hendro juga menjelaskan, pihak kepolisian juga akan mencari pelaku aksi pembakaran Mapolsek Candipuro itu.“Semua tindak pidana pasti ada tersangkanya. Karena merusak fasilitas negara itu kan enggak boleh. Ya kita cari tersangkanya, akan kita cari apa penyebabnya dan latar belakangnya. Bisa kemungkinan juga pelaku pembakaran merupakan pelaku kriminal itu sendiri” sambungnya. Kapolres Lampung Selatan, AKBP Zaky A. Nasution mengaku, pihaknya juga telah mengamankan delapan orang yang diduga sebagai propokator dan pelaku pengrusakan. “Kami sudah menangkap sebanyak delapan tersangka. Akan kita dalami pelaku – pelaku provokatif yang kita identifikasi melalui video yang beredar,” pungkasnya. Sementara itu Bupati Lampung Selatan H. Nanang Ermanto mengharapkan, masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan tindakan-tindakan anarkis yang berujung dengan aksi pengrusakan fasilitas negara. “Tentunya kita merasa prihating dengan terjadinya peristiwa ini. Harapan kita, masyarakat tidak mudah terprovokasi untuk melakukan tindakan anarkis sehingga menimbulkan masalah baru. Rentetatan aksi kriminalitas, pencurian dan pembegalan sepeda motor membuat Kecamatan Candipuro dicap sebagai wilayah darurat keamanan oleh masyarakatnya sendiri. Rata-rata dalam satu hari terjadi satu aksi kriminal selama satu bulan terakhir. Tak heran, jika sebagian masyarakat merasa trauma atas maraknya aksi kriminal yang terjadi di wilayah itu. Saprudin (45) warga Desa Beringin Kencana yang menjadi salah satu korban pencurian sepeda motor pada Minggu (19/6) lalu mengaku, aksi kriminal di Kecamatan Candipuro  meningkat sejak memasuki bulan Ramadan. Menurutnya aksi kriminal pencurian dan pembegalan hingga perampokan telah terjadi lebih dari belasan kali di wilayah Candipuro. “Sudah lebih dari belasan kali, itu sepengetahuan saya. Bahkan satu sepeda motor saya pada mala Senin lalu juga hilang di teras rumah, ini sudah yang kedua kalinya yang saya alami selam dua tahun ini,” ujar Saprudin memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, saat ditemui di kediamannya Rabu (19/5) kemarin. Saprudin mengaku, masyarakat yang menjadi korban pencurian sepeda motor juga sudah enggan memberkan laparan kehilangan kepada Mapolsek Candipuro. Sebab masyarakat juga sudah hilang rasa kepercayaan kepada pihak kepolisian karena tidak bisa mengungkap pelaku kriminal tersebut. “Dua kali kehilangan saya enggak pernah memberikan laporan. Ya untuk apa, motor sudah hilang dan pelakunya juga tak pernah ditanggkap,” terangnya. Hal yang sama juga diutarakan oleh Sadiman (52) yang masih warga Desa Beringin Kencana, pada Ramadan lalu toko klontong miliknya disatroni pencuri dengan menodongkan pistol kepada istrinya. “Sudah terang-terangan sekali, pelakunya menodongkan pistol kepada istri saya yang sedang menjaga toko. Beruntung istri saya masih bisa lari minta tolong, dan pelaku kabur tanpa hasil,” ungkapnya. Lepas dari musibah itu, pada Senin (17/5) lalu salah satu sales tabung gas elpijinya juga dirampok saat mengantar gas elpiji di Desa Umbul Jeruk. Uang senilai Rp 1,2 juta raib dibawa pelaku yang berjumlah dua orang. “Ya sales saya enggak bisa melawan, karena pelaku menodongkan pistol. Wajar kalau warga trauma, terutama ibu-ibu sekarang ini taku mau keluar bawa sepada motor,” ucapnya. Meski sudah dua kali menjadi korban, Sadiman juga enggan memberikan laporan kepada pihak kepolisian. Latarnya pun sama, pelaku tak pernah terungkap, padahal kata dia baru-baru ini foto pelaku juga tersebar di sosial media, tapi tak ada tindakan. “Saya tak memberikan laporan. Karena pelakunya sulit ditangkap, pada bar-baru ini ada foto empat orang yang dicurigai sebagai pelaku tersebar di sosmed. Tapi tak ada tindakan,” sambungnya. Sementara itu Ketua Apdesi Kecamatan Candipuro menuturkan, rata-rata terjadi satu kali pembegalan dalam satu bulan terakhir di wilayah Candipuro. Pihaknya juga selalu mengajak bekerjasama dengan pihak kepolisian, itu selalu disampaikan setiap Rakor Kecamatan. “Selalu sampaikan dan kita komunikasikan dengan baik. Tapi ya namanya masyarakat, kadang ada yang mentelaahnya dan menganggap tidak hasil. Akhirnya karena kesal dan berujung aksi pembakarab. Padahal tak segampang itu juga untuk mengungkap pelakunya,” tuturnya. Dalam akasi aksi anarkisme yang terjadi pada Selasa (19/6) malam lalu, ada delapan masyarakat yang dibawa pihak Polres Lampung Selatan. Salah satunya kepala Desa Beringin Kencana untuk dimintai keterangan. “Informasinya di Polres, tapi sekarang belum tahu sudah pulang atau belum. Jadi saksilah yang jelas, tapi kan sekarang ini saksi banyak digiring jadi terdakwa. Kami juga akan menghadap bupati malam Jumat mendatang terkait masalah ini, masalah kepala desa,” pungkasnya.(vid)    

Sumber: