Harga Jagung Merosot, OPD Ogah Terpojok
![Harga Jagung Merosot, OPD Ogah Terpojok](https://radarlamsel.disway.id/uploads/IMG_20220715_081442.jpg)
PENENGAHAN – Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Lampung Selatan, Bibit Purwanto, S.P akhirnya angkat bicara ihwal turunnya harga jagung yang masih terjadi sampai saat ini. Menurut Bibit, harga jagung yang turun sebetulnya bukan hanya tugas instansinya saja. Tetapi juga tugas Dinas Perdagangan, Bulog, dan Dinas Ketahanan Pangan.
“Tugas utama kita bagaimana kualitas dan produksi itu terjaga. Bertahan atau pun meningkat. Ada hambatan atau tidak, misalnya penyakit, kurang air,” kata Bibit di kantornya, Kamis (14/7/2022).Secara keseluruhan, kata Bibit, produksi jagung dan padi sekarang ini bisa dikatakan bagus. Untuk perkara harga yang kadang turun naik, Bibit menduga hal itu terjadi karena stok jagung sedang melimpah. Hilir dan hulunya berpengaruh. Meski begitu, pihaknya tidak akan diam dan membiarkan kondisi seperti ini berlarut-larut.
“Kita tetap komunikasi dengan pihak gudang. Memang di sana stoknya banyak, ada juga faktor lain yang tidak bisa disebutkan oleh perusahaan,” katanya.Lebih lanjut, mantan Camat Sragi ini mengatakan kalau Kabupaten Lampung Selatan meminta Bulog bisa ikut andil. Di mana pada intinya produksi hasil pertanian dan perkebunan di Bumi Khagom Mufakat harus meningkat. Karena itu, Bibit berusaha membuat semua pihak saling berkoordinasi.
“Hampir semua jagung kita itu untuk pakan, bukan konsumsi. Kita selalu berupaya membantu petani, Bapak Bupati juga fokus bagaimana petani bisa sejahtera,” katanya.Sebelumnya diberitakan, anjloknya harga jagung membuat petani pada musim panen ini merenung. Harga jagung per kilonya sempat menyentuh angka Rp4.250. Lebih rendah jika dibandingkan dengan harga pada musim panen sebelumnya yang harga jualnya sempat menyentuh angka Rp5.300. Harga itu jauh di bawah ekspektasi para petani jagung. Memang, petani masih untuk. Tetapi keuntungan yang didapatkan tidak sebesar seperti musim panen beberapa waktu lalu. Kondisi inilah yang membuat petani merenungi kemerosotan harga jual jagung. Dani, salah satu petani jagung di Kecamatan Penengahan, mengamini jika modal yang dikeluarkan untuk sekali musim tanam memang di angka belasan juta. Persiapan pertama adalah kebutuhan bibit jagung. Per hektar, petani bisa menghabiskan 3 sak bibit, yang harga persaknya mencapai Rp550 ribu. Artinya dalam 1 hektar, petani mengeluarkan duit sebesar Rp1650 hanya untuk bibit saja. Lalu kebutuhan pupuk yang dibeli dari kelompok tani. Per hektar, petani menghabiskan sedikitnya 3 kwintal pupuk. Harga pupuk itu per kwintal mencapai Rp260 ribu. Berarti, petani harus merogoh kocek sebesar Rp780 ribu. Kebutuhan ini masih ditambah dengan pupuk non subsisi yang harga per kwintalnya mencapai Rp730 ribu. Untuk mencukupi kebutuhan lahan jagung seluas 1 hektar, petani harus menebar 3 sak pupuk non subsisi. Artinya, petani lagi-lagi wajib mengeluarkan duit sebesar Rp2,1 juta. Modal tersebut masih ditambah lagi dengan upah tukang unduh. Per karung, petani mengupah tukang Rp10 ribu. Itu belum ditambah dengan modal lain. Misalnya memberi upah penanaman bibit, upah pemupukan, upah perawatan, belum lagi biaya sewa lahan. (rnd)
Sumber: