Tarif Goyah, Pengusaha Gelisah

Tarif Goyah, Pengusaha Gelisah

BAKAUHENI - Kabar penyesuaian tarif penyeberangan Bakauheni - Merak menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Wajar, mengingat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) baru terjadi beberapa waktu lalu. Sekarang masyarakat kembali dihadapkan dengan penyesuaian tarif. Berdasarkan informasi yang beredar, penumpang dewasa akan dikenakan tarif sebesar Rp25.052. Kali ini bayi juga bakal dikenakan tarif sebesar Rp2.100. Sementara jenis muatan kendaraan golongan I terpadu kena biaya sebesar Rp28.000, golongan II Rp62.000, dan golongan III Rp124.500. Selanjutnya golongan V jenis kendaraan penumpang bakal dikenakan tarif Rp499.000, lalu kendaraan barang tarifnya sebesar Rp464.000. Masih di golongan V, kendaraan jenis ini akan dikenakan tarif terbaru sebesar Rp931.000, kemudian kendaraan barang di golongan biayanya Rp822.000. Kendaraan penumpang yang masuk di golongan VI akan dikenakan tarif penyeberangan sebesar Rp1.610.500, sementara biaya atau tarif kendaraan barang adalah Rp1.319.000. Golongan VII sebesar Rp1.891.500, golongan VIII sebesar Rp2.380.500, dan golongan IX sebesar Rp3.613.500. Tarif tersebut sudah termasuk asuransi. Radar Lamsel menghubungi Humas PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni, Syaifullail Maslul Harahap, untuk menginformasi kebenaran kabar penyesuaian tarif semua jenis golongan tersebut. Meski belum memberikan kepastian adanya penyesuaian tarif, Syaiful tak menampik kabar penyesuaian itu.

\"Ya, infonya begitu. Sepertinya fix,q ujarnya saat dihubungi Radar Lamsel, Minggu (18/9/2022).
Meski demikian, Syaiful meminta masyarakat bersabar dan menunggu informasi lebih lanjut pada hari Senin tanggal 19 September 2022. Lebih lanjut, Syaiful mengatakan kalau PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Bakauheni akan langsung mengumumkan kepada publik setelah menerima informasi yang sah?dari ASDP pusat.
\"Belum, kami masih menunggu rilis dari Jakarta juga. Nanti kami kabari lagi,\" ujar Syaiful. Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tak hanya dirasakan oleh nelayan dan rakyat kecil, pengusaha pun dibuat gundah.
Darto (46) salah satu warga mengatakan, dampak kenaikan harga BBM juga ikut dirasakan oleh petambak udang vaname.
“Bukan hanya nelayan saja, Bang. Tapi pelaku budidaya udang di Bandar Agung ikut merasakan dampaknya, operasional tambak udang vaname juga ikut meningkat,” kata Darto memberikan keterangan kepada Radar Lamsel, Minggu (18/9) kemarin.
Darto mengungkapkan, saat ini pelaku budidaya tambak di wilayah Desa Bandar Agung sudah sangat bergantung dengan BBM. Terutama bagi tambak udang yang telah menggunakan kincir bertenaga disel. Namun dengan kenaikan harga BBM ini, biaya kebutuhan untuk membeli bahan bakar solar naik hingga 25 persen.
“Solar sudah jadi kebutuhan utama kita. Apalagai yang sudah pakan kincir, sebelum naik biaya operasional kita untuk kincir hanya Rp 2,4 juta.
Sekarang sebulan sudah pasti pengeluaran untuk beli soral jadi Rp 3 juta per bulan,” sambungnya. Ahmad (40) petambak Dusun Sumberjaya mengaku, tak hanya tambak semi intensif saja yang merasakan dampak kenaikan BMM. Baginya sebagai petambak tradisional, bahan bakan solar sudah jadi kebutuhan utama guna mengisi kolam.
“Semua mesin sedot air pakai solar. Kita sebulan sekali isi air ke kolam, untuk sekaran ini minimal buat beli solar sudah Rp 500 ribu. Kalau sebelum naik hanya Rp 300 ribu,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, tak hanya kebutuhan operasional saja yang itu meningkat. Harga obat-obatan dan pakan juga mengalami kenaikan lima persen.
“Enggak cuma biaya operasional mesin saja. Obat-obatan dan pakan juga ikut naik. Kalau kita bisanya beli obat Rp 100 ribu sekarang naik jadi Rp 110 ribu,” tandasnya. (rnd/vid)

Sumber: