Tarif Angkot Naik Rp1.000
![Tarif Angkot Naik Rp1.000](https://radarlamsel.disway.id/uploads/Foto-1-9.jpg)
KALIANDA – Tarif angkutan umum pedesaan pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kabupaten Lampung Selatan dipastikan naik rata-rata Rp1.000 untuk setiap trip. Hal ini menyusul hasil rapat bersama pihak terkait yang digelar Dinas Perhubungan (Dishub) belum lama ini. Kepala Dishub Lamsel, Drs. H. M. Darmawan, MM memastikan, keputusan hasil rapat penyesuaian tarif angkutan pedesaan merujuk pada SE Penyesuaian Tarif sebagai dampak kenaikan BBM pada 7 September 2022 lalu.
“Setelah kami pelajari, lalu kami menggelar rapat penyesuaian tarif bersama dengan pihak terkait. Termasuk dengan jajaran Polres Lamsel dan Organda. Setelah rapat kemarin lalu kami tetapkan kenaikan tarif angkutan pedesaan di semua jalur yang ada di wilayah kita rata-rata Rp1.000 per trip nya,” ungkap Darmawan saat dikonfirmasi Radar Lamsel via sambungan telepon, Rabu (21/9) kemarin.Dia mengakui, sebelum diputuskan penyesuaian tarif angkutan umum memang para pemilik angkutan telah lebih dulu menaikan tarifnya pasca keniakan harga BBM. Namun, kenaikan tarif nya masih dalam ambang batas kewajaran dan tidak membebankan masyarakat sebagai pengguna angkutan umum.
“Maka, setelah ada hasil rapat penyesuaian tarif ini semua angkutan umum wajib menaati nya. Jadi, tidak boleh ada kenaikan tarif yang berlebihan atau kita tetapkan kenaikannya rata-rata Rp1.000,” tegasnya.Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya tengah mengusulkan hasil rapat tersebut ke pimpinan untuk dikemas menjadi aturan ke dalam Peraturan Bupati (Perbup) Lamsel.
“Sekarang sedang proses pembuatan perbup nya. Artinya sudah resmi kenaikan penyesuaian tarif angkutan umum ini,” pungkasnya.Kenaikan ini tentu saja memberatkan pengguna jasa serta penyedia jasa angkutan umum. Dilema keduabelahpihak merupakan efek dari kenaikan BBM yang melambungkan semua harga-harga.
“ Ongkos angkot naik Rp 1.000, sementara saya naik angkot setiap harinya pulang pergi dari Sidomulyo – Kalianda, estimasi sebulan PP 20 hari saja sudah terasa pengeluarannya. Sedangkan BLT BBM saya nggak dapat, pendapatan pun tidak bertambah,” ujar Dia (37) pengguna angkot asal Sidomulyo.Kenaikan tarif angkutan umum diharapkan memberi perubahan terhadap layanan tersebut. Jika tarif naik, maka layanan pun mesti lebih baik dari sebelumnya.
“ Kalau tarif naik, layanan nya jug harus baik. Kami sebagai pengguna jasa mafhum kalau ada kenaikan. Tetapi penyedia layanan juga harus memberi layanan terbaiknya karena itu risiko dari kenaikan tarif. Itu saja harapan kami,” kata Zulfikar (25) mahasiswa asal Kalianda yang turut menyoroti kenaikan tarif angkutan umum.Isha (40), supir Angkodes jurusan Kalianda – Bakauheni mengamini bahwa nasib Angdes di era millenial semakin terseok-seok, di tambah kenaikan harga BBM semakin menjerumuskan masa depan angkutan pedesaan model ini.
“ Situasinya tidak seperti dulu, sekarang lebih banyak ngetem dari pada narik. Kalau tak pintar-pintar cari pelanggan ya tidak bisa balikin modal bensin, malah sekarang BBM naik haduh,” ucapnya menghela nafas dalam-dalam.Pria yang sudah puluhan tahun bergelut di dunia angkutan umum ini tak dapat berbuat banyak. Meski jurusan Kalianda – Bakauheni masih ada namun paling sering penumpang hanya sampai di Kecamatan Penengahan.
“ Trayek ke Bakauheni masih tetap ada, yang tidak ada itu penumpangnya. Kalau dulu masih banyak siswa dari Bakauheni bersekolah di Kalianda. Sekarang sudah jarang sekali paling hanya sampai Pasar Blambangan dan Pasuruan saja,” ungkapnya.Selain terkikisnya minat pengguna Angdes, tidak tetapnya tarif angkutan satu dengan yang lainnya menyebabkan transportasi ini tidak seragam meski dalam satu jurusan. Sebab masing-masing supir diakui Ishar harus pintar-pintar untuk menambah pemasukan dan meminimalisir pembengkakan BBM.
“ Tarifnya berbeda-beda, Kalianda – Bakauheni. Jarak dekat untuk umum dan anak sekolah pun menyesuaikan saja,” kata dia.Masih kata Ishar, saat ini masih terdapat sekitar 50 unit armada jurusan Kalianda – Bakauheni. Namun yang beroperasi tak sampai 50 persen dari jumlah keseluruhan.
“ Banyak yang ngandang serta ngetem, yang ngetem saja bisa sampai 20 armada di Bakauheni tidak jalan sama sekali. Sementara yang dikandangkan oleh pemiliknya juga banyak,” ucapnya.Pelaku usaha angkutan umu berharap kenaikan BBM tidak menjadi masalah pembunuh moda transportasi umum. Supir angkot ini berharap hal ini menjadi perhatian pemerintah kabupaten dalam mengambil setiap kebijakan dan keputusan yang berpihak pada Angkodes bukan malah sebaliknya. Berdasar pantauan, di ibu kota Kabupaten Lampung Selatan, Angdes hanya melayani tiga jurusan saja. Diantaranya Kalianda – Bakauheni, Kalianda – Sidomulyo, dan Kalianda – Rajabasa. Khusus rute Kalianda – Rajabasa sudah mulai jarang terlihat beroperasi. Sedangkan pelayanan Kalianda – Sidomulyo masih aktif dijumpai meski jam operasionalnya hanya pada waktu tertentu mulai pukul 06.00 – 16.00 WIB. (idh)
Sumber: