Vina Gustina Dukung Pemerintah Lestarikan Budaya Daerah
![Vina Gustina Dukung Pemerintah Lestarikan Budaya Daerah](https://radarlamsel.disway.id/assets/default.png)
SIDOMULYO – Kabupaten Lampung Selatan yang dikenal sebagai gerbang utama menuju pulau Sumatera ternyata tidak hanya kaya akan potensi wisatanya saja. Bumi khagom mufakat juga dihuni oleh muli yang wawai dan kritis terhadap perkembangan Lamsel sejauh ini. Seiring berjalannya waktu ditambah kemajuan zaman yang tidak bisa ditentang, eksistensi seni budaya dan adat istiadat daerah Lampung perlahan mulai terkikis. Persoalan ini menggugah hati salah seorang dara cantik bernama Fina Agustina muli asal Desa Kotadalam, Kecamatan Sidomulyo. Menurutnya, perkembangan zaman memang tidak bisa dilawan namun sebagai muda-mudi yang berfikir luas hal ini seharusnya bisa melecut semangat para remaja untuk peduli terhadap seni budaya daerah. “Zaman boleh maju, tapi tidak sepatutnya seni budaya daerah Lampung tenggelam dan lenyap. Harus ada perhatian dari semua pihak, kita mulai dari diri sendiri dong,” ujar gadis berjilbab itu saat ditemui Radar Lamsel, Selasa (29/11) kemarin. Anak bungsu dari pasangan Mashur dan Nurbaiti ini juga tidak menutup mata dengan karakter muda-mudi masa kini cenderung menyukai gaya barat yang katanya “ngehits,”. Tapi dalam mindset Fina hal tersebut tidak seharusnya melupakan dan mengikis jati diri sebagai masyarakat Lampung Selatan khususnya. “Boleh gaya hidup menjurus kearah modernisasi, tapi kalau untuk urusan seni budaya dan adat istiadat itu tidak bisa ditolerir. Karena, adat dan seni budaya juga berperan penting terhadap kemajuan pariwisata,” ujar muli berzodiak virgo itu. Lebih lanjut muli kelahiran 28 Agustus 1994 itu mengungkapkan, keinginan serta harapannya kepada pemerintah agar terus mendorong muda-mudi dengan mengenalkan tren seni budaya daerah sendiri. “Dukungan serta dorongan dari pemerintah akan sangat membantu terhadap perkembangan karakter pemuda masa kini untuk menggugah gairah mereka (muda-mudi) untuk lebih mengenal budaya sendiri ketimbang budaya luar,” ujar Fina Agustina. Muli asal Desa Kotadalam itu juga tak sungkan memberikan masukannya terkait seni budaya dan adat istiadat. Fina mencontohkan, akan lebih baik jika pemerintah memberikan dukungan dengan mengadakan sanggar tari. Karena di bumi khagom mufakat banyak tarian seperti tari bedana, tari sigokh pengutton dan masih banyak lagi. “Jika didukung dengan fasilitas yang memadai serta motivasi terus ditanamkan terhadap muda-mudi yang ada di desa, antusias akan terbangun untuk menegakkan seni budaya,” beber gadis lulusan Dian Cipta Cendikia (DCC) itu. Sebab, lanjut gadis dengan postur tinggi 155 Cm ini, sangat miris melihat para penari tarian asli Lampung tidak diperagakan oleh muli asli Lampung. “Setiap ada acara seni budaya daerah para penari diperagakan oleh gadis yang bukan asli Lampung, tentu ini menjadi perhatian semua pihak. Dimanakah muli asli nya?. Apakah tidak bisa menari tarian daerah?” tanya Fina menggugah hati muda-mudi yang ada di Lamsel. Dengan mengadakan sanggar kesenian lanjut Fina, muda-mudi yang ada di desa bisa mengadakan perlombaan antar pemuda. Dengan mengusung tema tentang adat istiadat dan seni budaya tentunya. “Sekedar suara terhadap kecintaan seni budaya saja, agar kecintaan terhadap adat istiadat tidak luntur. Itulah mengapa peran muda-mudi sangat penting dalam konteks ini,” tandasnya. Tak puas dengan itu semua gadis energik nan kritis ini juga memberikan perhatian khusus terhadap penggunaan bahasa daerah dalam komunikasi sehari-hari utamanya agar bahasa Lampung bisa lestari dan tak hilang. “Jangan malu berkomunikasi dengan bahasa Lampung,” pungkasnya. (ver)
Sumber: