Bangun Sumur, Selamatkan 300 KK dari Kekeringan

Bangun Sumur, Selamatkan 300 KK dari Kekeringan

KATIBUNG – Penantian warga Dusun Sukadamai, Desa Babatan, Kecamatan Katibung untuk memenuhi pasokan air bersih akhirnya terwujud. Itu setelah dilaksanakan pembangunan sumur dari sebidang tanah yang dihibahkan warga. Informasi yang dihimpun Radar Lamsel, letak geografis yang dipenuhi bebatuan serta dataran tinggi mengakibatkan warga Babatan kerap keusilitan air bersih. Pasca dilaksanakan pembangunan atas kerjasama Pamsimas dengan Pemerintah Kecamatan Katibung tak kurang dari 300 Kepala Keluarga terselamatkan dari kekeringan air. “Selama ini kami hanya mengandalkan air sungai saja, dengan jarak tempuh yang cukup jauh dari pemukiman. Hibah sebidang tanah dari ibu Sanah dibantu Pamsimas akhirnya bisa dibangun galian sumur di Sukadamai,” kata Zulfian (40) warga Sukadamai kepada Radar Lamsel, Rabu (4/10) kemarin. Pembangunan sumur menggunakan teknik galian. Sebab, kata dia, tanah di wilayah Babatan terdapat banyak bebatuan sehingga langkah pengeboran akan sia-sia dilakukan. “Kalau melakukan pengeboran, dikhawatirkan memakan waktu yang lama dan belum tentu berhasil,” ujarnya. Sementara Bendahara Desa Babatan Rama mengatakan, dari pembangunan sumur baru ini tak kurang dari 300 KK terselamatkan pasokan air bersihnya. Bahkan jika kemarau panjang tiba, warga dari desa tetangga juga mengambil air disungai. “Total 300 KK di Sukadamai, mereka (warga red) sudah sejak lama menginginkan agar disekitar sungai dibangun sumur untuk umum disertai penampungan air agar tidak terbuang percuma,” kata Rama. Dilanjutkan mayoritas sumur milik warga saat ini tengah surut, tentunya dengan pembangunan sumur baru ekspektasi warga selama ini terpenuhi. “Ini semua tak lepas dari peran Pemerintah Kecamatan yang bersinergi dengan Pamsimas juga warga yang menghibahkan tanah untuk dibangun sumur,” ungkapnya. Hal senada dikatakan Camat Katibung Sabilal usai meninjau lokasi pembangunan sumur yang saat ini baru mencapai kedalaman 6 meter. Sabilal menjelaskan, langkah ini sudah tepat dan diharapkan bisa bermanfaat bagi warga yang kesulitan air bersih. “Target kami kedalaman minimal 10 meter, sementara kedalaman 6 meter sudah keluar mata air berarti galian secara manual ini efektif,” ungkapnya. Mengapa tak dilakukan galian dengan teknik pengeboran? Sabilal menjelaskan hal ini sudah dimusyawarahkan sebelumnya. Kontur tanah yang bebatuan adalah alasannya. “Kalau manual sudah bisa dipastikan air yang keluar bisa ditampung keatas, kalau pengeboran dikhawatirkan tidak keluar air justru memakan waktu yang lama karena banyaknya bebatuan dilokasi,” ucapnya. (ver)

Sumber: