Keren! Kerajinan Batok Kelapa Tembus Pasar Eropa

Keren! Kerajinan Batok Kelapa Tembus Pasar Eropa

SIDOMULYO – Lamsel patut bangga dengan kreatifitas yang dimiliki pelaku usaha kreatif yang menyulap batok kelapa menjadi barang berharga, hingga menembus pasar eropa. Aktornya adalah Samadi (40) dan Yanto (38) warga Desa Sidomulyo Kecamatan Sidomulyo, yang menggagaas ide tersebut. Kerajinan dari batok kelapa itu dinamai ‘Mozaik Coconut’. Sasaran pasarnya adalah negara-negara eropa seperti Turki, Prancis, dan Belanda, sementara di Asia, baru Singapura yang jadi sasaran market kedua pelaku usaha kerajinan itu. Samadi mengungkapkan usaha yang digelutinya sejak tahun 2011 itu sudah mengalami pasang surut. Sampai akhirnya mozaik coconut berbentuk simetris itu dikenal warga mancanegara. “Mozaik ini bisa dipergunakan untuk lantai, atap dan dinding ruangan. Keunikannya adalah bahan utamanya dari limbah batok kelapa,” kata Samadi saat dijumpai Radar Lamsel digudang tempatnya berkreasi Desa Sidomulyo, Kamis (16/11) kemarin. Cara membuatnya pun tidak begitu sulit, hanya dibutuhkan sedikit ketelitian saat mengolah batok kelapa menjadi presisi yang sama. Batok kelapa lanjutnya, dipecah menjadi beberapa bagian kemudian mulai disusun sesuai bentuk permintaan konsumen. “Nggak susah  membuatnya, yang penting teliti. Insyaallah sekali berlatih sudah bisa membuat mozaik coconut,” ucapnya. Samadi menjelaskan untuk harga, per meter persenginya dia mematok dikisaran Rp 250,- sampai Rp 450,- tergantung pada tingkat kesulitan desainnya. Ada 14 jenis desain yang diciptakan dari limbah batok kelapa itu. “Kami berusaha meyakinkan bahwa, limbah tidak selamanya limbah. Bila diolah dengan cerdas limbah bisa menghasilkan kerajinan bernilai jual,” ungkapnya. Diakui Samadi bahwa tantangan terbesarnya adalah berusaha meyakinkan bahwa batok kelapa lebih berharga daripada sekedar dijadikan arang. “Ya, usaha seperti ini bisa dikatakan harus sabar, apalagi di masyarakat batok kelapa hanya dianggap arang, tak jarang bahan dasarnya pun saat ini kerap berebut dengan penjual arang,” terangnya. Sementara Yanto yang ikut merintis usaha kreatif di Sidomulyo mengatakan sasaran pasar kerajaninan seperti ini adalah negara eropa. Sebab kata dia, untuk lokal bisa dikatakan minim peminat. “Justru permintaan dari lokal atau Lamsel nggak ada, sebab orang-orang eropa menilai mozaik ini dianggap eksotis karena terbuat dari batok kelapa. Kalau pasar lokal cenderung suka yang glamour,” ujarnya. Saat ditanya kenapa justru pasar lokal susah ditembus? Yanto menjelaskan letak geografis amat menentukan dalam hal ini. Sebab Lamsel belum dikenal luas pariwisatanya, belum seperti Bali atau Jogja. Sehingga pasar yang utamanya dimulai dari pariwisata masih cukup sulit ditembus. “Kalau di Jogja atau Bali, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang memang datang untuk berkunjung. Itu berperan penting untuk memperkenalkan suatu produk kerajinan, di Lamsel belum seperti itu,” katanya. Masih kata Yanto, bila wisata di Lamsel sudah dikenal maka dapat dipastikan pelaku usaha kreatif di bumi khagom mufakat ini tak perlu repot-repot memasarkan produk via online. “Artinya kalau semua syarat terpenuhi , Lamsel bisa menjadi pelopor dan punya produk khas. Apalagi disini (Lamsel ‘red) banyak dijumpai pohon kelapa yang menjadi bahan utamanya,” ujar Yanto. Keduanya tak segan mengajak anak-anak muda yang punya kreatifitas untuk berkarya bersama . “Kalau mau belajar gudang kami terbuka untuk yang ingin menimba ilmu,” tandasnya. Pada bagian lain Kepala Desa Sidomulyo Sutanto menyampaikan kedua pelaku usaha itu sudah cukup tenar di masyarakat berkat kreatifitas dan keuletannya mengolah kerajinan tangan. “Setahu saya sejak lama mereka merintis usaha tersebut, Sidomulyo bangga dengan kreatifitasnya,” imbuhnya. (ver)

Sumber: