Kemarau, Ratusan Hektar Taman Padi dan Jagung di Ketapang Dilanda Kekeringan

Kemarau, Ratusan Hektar Taman Padi dan Jagung di Ketapang Dilanda Kekeringan

--

KETAPANG, RADAR LAMSEL.DISWAY.ID - Musim kemarau melanda Kabupaten Lampung Selatan. Dampaknya pun beragam. Mulai dari kekurangan air bersih dan banyak tanaman pertanian yang layu dan mati. 

Di Kecamatan Ketapang misalnya. Diwilayah ini, ratusan hektar tanaman padi dan jagung mengalami kekeringan sejak sebulan lalu. Curah hujan minim mengakibatkan tanaman pagi dan jagung dilahan tadah hujan layu dan mati.

Berdasarkan data dari petugas Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pertanian Kecamatan Ketapang, tanaman jagung yang mengalami kekeringan ringan seluas 49 hektar, kekeringan dengan kategori sedang seluas 30 hektar dan kekeringan berat seluas 20 hektar. 

Tanaman jagung yang mulai memasuki musim berbunga dan berbuah dilanda kekeringan tersebar di sejumlah desa, diantaranya Desa Sripendowo, Desa Sumbernadi, Desa Tamansari, Desa Bangunrejo dan Desa Karangsari.

BACA JUGA:Mayat Laki-laki Anonim Ditemukan Membusuk Tanpa Kepala di Pinggir Laut Pematangpasir

Sementara kekeringan yang melanda tanaman padi di Kecamatan Ketapang dengan kategori ringan seluas 266 hektar dan kekeringan kategori sedang seluas 98 hektar.

Tanaman padi yang terancam gagal panen tersebar di sejumlah desa di Kecamatan Ketapang. Yakni, Desa Sidoasih, Desa Berundung, Desa Way Sidomukti, Desa Pematangpasir, Desa Lebungnala, Des Sumbernadi, Desa Tamansari, Desa Bangunrejo dan Desa Ruguk.

Kepala UPT Pertanian Kecamatan Ketapang Kiki Rendra,S.P mengatakan, sejak sebulan terakhir tidak ada turun hujan. Tanaman tadah hujan seperti jagung dan padi mulai dilanda kekeringan. "Tanaman jagung sudah banyak yang layu dan mati. Tanaman jagung sudah memasuki masa berbunga dan berbuah," kata Kiki.

"Untuk tanaman padi yang di landa kekeringan masih berumur sekitar 40-70 hari. Untuk tanaman masih bisa di tolong dengan bantuan pompanisasi dari air sungai dan sumur bor. Untuk tanaman padi saat ini masih kategori kekeringan sedang. Belum ada yang kekeringan berat atau puso," terang Kiki.

Lebih lanjut Kiki mengharapkan para petani mulai berhemat dalam penggunaan air pada tanaman padi. Dia juga mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan instansi terkait untuk penambahan jaringan listrik masuk lahan pertanian sawah. "Petani harus bisa menghemat penggunaan air, pemanfaatan sumur bor dan embung. Kami juga menambahan jaringan listrik masuk sawah,"ujarnya.

Disinggung soal bantuan benih untuk petani yang mengalami gagal panen, UPT Pertanian Kecamatan Ketapang ini mengaku akan berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Pemkab Lamsel. "Kami akan upayakan," pungkasnya.

Sementara itu, sejumlah petani di Kecamatan Ketapang mengaku pasrah dengan kondisi saat ini. Menurut Warsito (47), petani asal Desa Bangunrejo, tanaman jagung miliknya sudah layu dan mati. Padahal, katanya, jika turun hujan sekali saja pada pertengahan bulan Agustus lalu, tanaman jagung satu hektar lebih miliknya bisa di selamatkan.

"Sudah pasrah saja mas. Tanaman jagung sudah layu dan tidak bisa di selamatkan. Bahkan tanaman yang sudah layu tidak bisa diselamatkan sudah dibabat untuk pakan ternak sapi," ujarnya.

Hal serupa juga di ungkapkan oleh Made (38) petani asal Desa Sripendowo. Dia mengaku mengalami kerugian yang cukup besar akibat kemarau saat ini. Tanaman jagung miliknya mati karena tidak ada hujan sejak sebulan terakhir. "Kami sudah mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Mulai pengolahan lahan, obat-obatan, pupuk, bibit dan biaya upahan butuh," kata dia.

Sumber: