Menyiapkan Manusia Tubaba Dari Kesenian
--
“Peserta Sekolah Seni Tubaba berada di usia enam hingga 17 tahun. Sejak Februari lalu, kita telah melewati sekira 17 kali peremuan,” kata Semi.
Para peserta didik juga telah melewati proses belajar berbagai materi yang menitik beratkan pada aspek teknis semata. Melainkan, pembatinan dan pemaknaan pada setiap proses penciptaannya. “Setiap peserta didik diajak untuk mampu mengembangkan diri menjadi pribadi yang unggul dan lebih berkualitas dalam menatap fase kehidupan kedepan, sejalan dengan tema program tahun ini ‘Seni untuk Masa Depan’,” sambung Semi.
Kurikulum dari pelatihan kesenian di Sekolah Seni Tubaba juga dirancang sedemikian rupa dengan koridor utamanya pada pengenalan diri dan lingkungan sekitar.
Semi menerangkan, program ini mengajak peserta melihat kisah, peristiwa lalu menafsirkan dan mewujudkannya ke dalam karya presentasi akhir di setiap kelasnya masing-masing. Kurikulum tahun ini dirancang agar peserta didik memiliki rasa empati, solidaritas, kesetaraan, kerja keras, dan pemahan tentang lingkungan.
Namun, kata Semi, tujuan kurikulum ini dibuat untuk mencetak seniman. Tapi melalui kesenian ini peserta didik disiapkan untuk menjadi manusia Tubaba yang memegang prinsip hidup Nenemo (Nemen, Nedes, Nerimo) dan sederhana, setara, dan lestari.
“Kurikulum ini dibuat bukan untuk mencetak seniman. Tapi titik tekan pendidikan seni sebagai metode menyiapkan anak-anak sebagai pemilik masa depan. Menjadi manusia Tubaba yang memegang prinsip Nenemo,” tegas Semi.
Resital Sekolah Seni Tubaba juga diapresiasi oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah VII, Nurmantias. Menurutnya, Sekolah Seni Tubaba telah memberikan ruang kepada anak-anak untuk mengenal keragaman budaya di Nusantara.
“Seperti yang ditampilkan anak-anak kita tadi, sebuah tarian Midley Nusantara bagaimana mereka harus mengenal suku-bangsa yang ada. Dengan mengenal etnis dan suku bangsa yang ada, kita bisa mengenal Indonesa secara utuh,” kata Nurman.
Ia menekankan, pengenalan kebudayaan memang harus diberikan sedini mungking ditengah gempuran budaya asing saat ini. Dengan meberikan wawasan dan referensi, generasi muda akan memiliki subuah protek dalam proses berbudaya.
“Yang Namanya kebudayaan itu tidak bisa harus tetap sama seperti lalu. Tapi dengan dengan referensi yang ada di Sekolah Seni Tubaba ini mudah-mudahan generasi muda kita kedepan tidak hilang cacatan kebudayaannya,” tutupnya. (vid)
Sumber: