Kapan Jalan Poros Ketapang Mulus?
KETAPANG – Sudah bertahun-tahun masyarakat Kecamatan Ketapang mendambakan jalan mulus. Namun harapan itu seperti masih jauh. Sebab sampai saat ini kondisi jalan provinsi yang menjadi satu-satunya jalan alternatif dari Simpang Gayam-Ketapang belum mulus 100 persen. Pemerintah sepertinya setengah hati untuk memperbaiki jalan yang menghubungkan jalan lintas sumatera (Jalinsum) dan jalan lintas pantai timur (Jalinpantim) itu. Buktinya, perbaikannya dilakukan setengah-setengah sehingga masyarakat dan pengguna jalan itu tidak pernah menikmati jalan mulus. Saat ini masih sekitar 2 kilometer jalan itu kondisi rusak. Kerusakan itu berada disepanjang Desa Sripendowo, Kecamatan Ketapang. Kondisi ini membuat pengguna jalan tidak merasa nyaman terutama saat musim hujan. “Kami ngak pernah merasakan jalan mulus di jalan poros Kecamatan Ketapang. Padahal jalan ini menghubungkan dua kecamatan yang tingkat mobilitas warganya cukup tinggi,” kata salah seorang warga pengguna kendaraan, kemarin. Belum lama ini, pemerintah provinsi melakukan perbaikan sekitar 500 meter dengan bentuk betonisasi. Warga berharap perbaikan itu berlanjut tahun 2017 ini secara menyeluruh agar warga yang mengharapkan jalan mulus bisa terwujud. “Masyarakat mengharapkan pemerintah provinsi menuntaskan perbaikan jalan poros Kecamatan Ketapang,” kata laki-laki pengendara sepeda motor itu, kemarin. Anggota DPRD Lampung Selatan Ahmad Muslim, SE saat melintas dijalan rusak itu mengaku sangat prihatin melihat dan merasakan langsung jalan rusak di Desa Sripendowo, Kecamatan Ketapang. Anggota dewan asal Kecamatan Ketapang ini mengaku belum mengetahui informasi rencana perbaikan jalan poros Kecamatan Ketapang itu. “Tahun ini belum dapat informasi untuk perbaikan jalan poros Kecamatan Ketapang dari pemerintah provinsi. Kami mengharapkan pemeirntah melanjutkan perbaikan jalan poros yang menjadi satu-satunya jalan alternatif,” ujar politisi partai Golkar ini, kemarin. Muslim mengakui jalan alternatif simpang Gayam-Ketapang sudah mengalami kerusakan bertahun-tahun. Perbaikan yang setengah-setengah, lanjutnya, tidak menuntaskan persoalan dilapangan. “Perbaikannya setengah-setengah. Saat pemerintah memperbaiki titik lainnya, titik yang baru diperbaiki sudah rusak lagi. Jadi ngak tuntas-tuntas masalahnya,” katanya.(man)
Sumber: