Disdik Minta Bukti
Terkait Jaringan Bisnis Prostitusi Pelajar
KALIANDA –Dinas Pendidikan (Disdik) Lampung Selatan belum mau menanggapi lebih jauh mengenai adanya informasi bisnis esek-esek yang telah merambah di kalangan pelajar Sekolah menengah tingkat atas di kabupaten Lampung Selatan. Satuan kerja bidang pendidikan bahkan meminta bukti konkret adanya bisnis dan jaringan prostitusi dikalangan pelajar SMA. “Apa sudah betul informasi itu?, kalau memang betul berapa banyak jumlah pelajar yang sudah masuk kedalam jaringan prostitusi itu, beri tahu kami nama sekolahnya, tidak usah nama pelajarnya,” ujar Kepala Disdik Lamsel Drs. Anas Ansori saat ditemui Radar Lamsel dilingkungan kantor pemkab Lamsel, Kamis (3/8) kemarin. Anas mengungkapkan, meski disdik Lamsel tidak lagi memiliki kewenangan untuk menangani persolan yang menyangkut pendidikan tingkat SMA, namun sebagai sektor pendidikan pihaknya tetap memiliki andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. “Ini kan menyangkut pelajar SMA, walaupun kabupaten tidak memiliki kebijakan lagi karena pendidikan SMA sudah diambil alih oleh provinsi, tapi kami tetap akan berupaya menindaklanjuti persoalan ini,” ungkapnya. Dia menyampaikan, untuk mengantispasi agar jaringan prostitusi tersebut tidak sampai meluas hingga ke tingkat pelajar SMP, pihaknya berencana akan mengumpulkan pihak UPT pendidikan dan kepala sekolah dari tiap-tiap sekolah khususunya tingkat SMP dan SMA, untuk membahas soal pembentukan karakter siswa melalui kegiatan peningkatan iman dan taqwa (Imtaq). “Mungkin akan lebih baik para siswa sekolah diikutkan dalam kegiatan itikaf yang sering digelar di Masjid Bani Hasan Kalianda. Sebab, itikaf ini juga bisa menjadi sebuah metode pembelajaran untuk meningkatkan iman dan taqwa para siswa kepada Allah SWT,” pungkasnya. Untuk diketahui, jaringan prostitusi di Lampung Selatan cukup memprihatinkan. Bisnis esek-esek ini dikabarkan telah merambah di kalangan pelajar. Ini diketahuinya berdasarkan penelusuran di bawah melalui populasi kunci yang selama ini menjadi mitra Komisi Perlindungan Aids. “Bisa dikatakan seluruh sekolah tingkat SMA di wilayah kita terdapat ‘pemain’ atau pelaku penjaja seks. Tetapi, ini terselubung. Mereka yang menjadi pelaku ini belum positif sebagai orang dengan HIV/AIDS (ODHA),”ungkap Zakaria. Penelusuran populasi kunci KPA Lamsel bukan hanya dilapangan. Bahkan, melalui jejaring media sosial di dunia maya pernah menemui hal tersebut bebas ditawarkan oleh perantara. “Saya berani sampaikan hampir ada di seluruh SMA. Karena, bukan hanya satu-dua orang populasi kunci yang pernah menemui hal ini,” katanya. (iwn)Sumber: