EO Lampung Krakatau Festival Tidak Profesional
RAJABASA – Melihat dari dekat pesona Gunung Anak Krakatau (GAK) merupakan salah satu agenda dalam rangkaian kegiatan Lampung Krakatau Festival (LKF) ke-27 Tahun 2017. Namun, kegiatan rutin tahunan Provinsi Lampung ini nyaris gagal karena ketidak profesionalan Event Organizer (EO) yang belum mengantongi izin bagi peserta tour Krakatau dari pihak terkait. Sehingga, rombongan tour Krakatau yang terdiri dari ratusan peserta mulai dari blogger, flogger, Generasi Pesona Indonesia (GENPI) dan awak media dari seluruh nusantara ini kecewa. Bahkan, kericuhan nyaris terjadi antara para peserta dan EO Diandra dari Jakarta. Salah satu EO sempat ditarik oleh para peserta untuk dapat menjelaskan agenda kegiatan yang dinilai terjadi pembatalan sepihak. Radar Lamsel yang ikut dalam rombongan Tour Krakatau 2017 melihat betul kejadian tersebut, Jum’at (25/8) malam. Kekecewaan peserta terlihat jelas saat petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung menginformasikan bahwa peserta tidak diperkenankan singgah di GAK karena status Siaga I. Awalnya, ratusan peserta tour Krakatau berangkat dengan menggunakan lima kapal motor melalui TPI Dermaga Bom Kalianda, Jum’at (25/8) pagi. Peserta disambut dan dilepas oleh Pemkab Lamsel yang dipimpin langsung Sekkab Lamsel Ir. Freddy Sukirman, MM. Dalam agenda kegiatan tersebut, sebelum mengunjungi GAK peserta beristirahat di penginapan atau home stay di Desa Tejang Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa yang telah disediakan EO. Rombongan juga sempat disuguhkan berbagai tarian dari Desa Tejang Pulau Sebesi untuk mengisi kekosongan waktu pada malam hari. Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Lampung Sutarnino yang diberikan kesempatan menyampaikan sambutan di Pendopo Cottage Disparbud Lamsel menyatakan rombongan tour Krakatau tidak bisa turun ke GAK. Dengan alasan status gunung yang masih aktif tersebut dalam kondisi siaga I. Alasan lainnya, yakni GAK merupakan Cagar Alam yang tidak bisa dikunjungi orang sembarangan. “Jadi, rombongan tour Krakatau tidak bisa turun ke GAK, rombongan hanya boleh melihat dari atas kapal saja dan mengelilingi GAK,”papar Saturnino. Setelah acara sarasehan, para peserta langsung ricuh dan memutuskan diri untuk meninggalkan kegiatan pada malam itu. Salah satunya adalah Ageta dari Komunitas Geologi Bandung merasa kecewa karena tidak dapat menjejakkan kaki ke GAK. Padahal, dirinya sudah mempersiapkan dari jauh hari untuk bisa ikut dalam kegiatan tersebut. “Buat apa kalau tidak bisa menjejakan kaki ke GAK. Kami sudah datang jauh-jauh datang ke Lampung. Kami juga sudah mengeluarkan biaya untuk ikut tour Krakatau ini,”ungkapnya kecewa. Indra dari Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Lampung peserta lainnya juga terus ngotot kepada pihak EO Diandra dan pihak BKSDA Lampung. Karena, rombongan tour Krakatau tetap tidak di izinkan untuk menginjakan kaki ke GAK. “Kami sudah jauh-jauh datang ke pulau Sebesi ini. Mengapa, tidak dari pagi saat di Lapangan Korpri Provinsi Lampung atau di Dermaga Bom Kalianda dijelaskan kalau tidak bisa menjejakan kaki dan naik ke GAK. Untuk apa kami dibawa kesini (Sebesi’red),”kata Indra. Setelah perdebatan panjang terjadi, akhirnya seluruh peserta kembali berkumpul untuk meminta kepastian dari EO dan BKSDA. Mendapat desakan dan pertanyaan-pertanyaan dari peserta, akhirnya salah satu EO Yudha mengaku jika belum memperoleh izin dari BKSDA mengenai kegiatan tersebut. “Kami sudah berupaya semaksimal mungkin. Tetapi, hasilnya masih tetap bahwa rombongan tidak boleh turun ke GAK,”kata Yudha menjelaskan dan mendapatkan sorakan dan cemoohan dari para peserta. Sementara Kepala Desa Tejang Pulau Sebesi Umar Yani justru berada di pihak rombongan tour Krakatau. Menurut dia, pihaknya selaku Kades di Pulau Sebesi juga merasa kecewa jika rombongan tour Krakatau tidak dapat turun dan mendaki GAK. “Saya juga kecewa, kalau rombongan tour Krakatau tidak bisa menjejakan kaki ke GAK. Sebab, nanti akan berdampak pada wisata pantai di pulau Sebesi ini,”kata Umar Yani. Karena merasa terdesak akan keinginan keras peserta, akhirnya BKSDA Lampung mengizinkan rombongan tour mendaki ke GAK. Dengan syarat, tujuan ke GAK bukanlah berwisata. Melainkan, kunjungan tersebut merupakan edukasi atau pembelajaran. Pada akhirnya, rombongan bertolak ke GAK dari Pulau Sebesi sekitar pukul 04.00 WIB pagi, Sabtu (26/8). Sekitar pukul 07.00 WIB rombongan tour Krakatau langsung turun dari atas kapal-kapal motor yang mereka tumpangi. Mereka langsung disambut para petugas Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung. Setelah, berbincang-bincang sejenak rombongan diperbolehkan mendaki GAK. Namun, rombongan harus mentaati aturan tidak boleh merusak, membuang sampah sembarangan dan mengambil sesuatu yang terdapat di wilayah Cagar Alam Krakatau tersebut misalnya berupa tumbuhan dan binatang yang ada dilokasi itu. “Saya minta taati aturan seperti jangan buang sampah sembarangan, merusak ekosistem yang ada di wilayah GAK. Ini dilakukan agar keasrian GAK bisa terjaga dengan baik. Selain itu, silahkan mendaki tapi jangan mengeksplor ke Indahan wisatanya. Kalau mau eksplor tentang ekosistemnya,”ujar Saturnino selaku Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Lampung. Sekitar pukul 11.00 WIB rombongan tour Krakatau beranjak meninggalkan GAK untuk kembali ke Wisata Kuliner TPI Dermaga Bom, Kalianda. (idh)
Sumber: