Pernah Menari Disirkuit F1 Marina Bay

Pernah Menari Disirkuit F1 Marina Bay

Menari tak melulu soal gerakan. Terpenting dari seni tari ialah olah rasa juga penghayatan agar tarian menjadi lebih bermakna dan pesan yang disampaikan dalam tarian itu diterima oleh penonton. Tapi apa jadinya bila menari dilakukan di sirkuit balapan Formula 1 (F1)?, apalagi kebiasaan menari mainstrem diatas panggung. Pengalaman menari disirkuit kebanggaan Singapura pernah dirasakan Lina Mega Kartika (22) gadis asal Desa Sidowaluyo, Kecamatan Sidomulyo. Dilatar belakangi rasa dan penghayatan itulah, Lina panggilannya totalitas terjun di dunia seni dan mengajarkan tarian kepada siswa-siswi SMAN 1 Sidomulyo kini jadi rutinitasnya. “Dari kecil sudah suka dengan tari, sampai kuliah pun di jurusan seni tari,” ujar alumni Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, kepada Radar Lamsel, kemarin. Dimata puteri dari pasangan bapak Sarwo dan Ibu Barkah itu, tidak semua anak menyukai seni apalagi dibidang tari-menari. Utamanya anak laki-laki, meskipun di Indonesia setiap daerah punya tarian khas masing-masing. Berkaca pada realita diatas Lina bertekad menularkan seni tari kepada remaja khususnya. Salah satu trik yang digunakannya untuk menarik minat siswa agar menyukai tarian adalah mengimplementasikan tari pendidikan. “Itulah mengapa tari pendidikan diimplementasikan, tujuannya tak lain agar anak laki-laki menyukai gerakannya terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh mempelajari seni tari,” ujar guru cantik berbalut hijab ini. Kurikulum 13 (K13) yang digunakan saat ini cukup membantu, sebab sejalan dengan visi – misi yang diusung Lina untuk merubah mindset tentang tari dikalangan pelajar. Teknisnya kata dia, guru memberikan materi sesuai permintaan siswa untuk bisa mengeplorasi dan bebas berekspresi. “Untuk pendidikan biarlah siswa berekspresi sesuai rasa dan penghayatan mereka (siswa red) agar pesan yang terkandung dalam tarian itu tersampaikan oleh penonton,” paparnya. Prestasi gadis berzodiak scorpio ini di seni tari cukup mentereng, pada 2015 silam ia bersama 23 mahasiswa utusan UPI Bandung menjadi peserta karnaval pada Ulang Tahun Singapur. “Yang paling berkesan kala itu kami menari di sirkuit F1 Marina Bay pada HUT Singapur tahun 2015. Itu moment paling berkesan, sebab mengelilingi lintasan dengan kostum tari daerah di negara tetangga,” kenangnya kala masih berstatus mahasiswi UPI. Sebelum menutup perbincangan, Lina bertekad menginfuence anak-anak Lamsel agar lebih sayang dengan seni tari. Apalagi kata dia tarian di Lampung cukup beragam untuk dipelajari dan dihayati. “Tujuan saya mengajar untuk menularkan seni tari, apapun kesulitannya itu sudah menjadi tantangan bagi guru seni tari,” tegasnya. (ver)

Sumber: